Kamis, 27 Oktober 2011

Terapi Autis


TERAPI AUTIS
KONTAK MATA
Salah satu cara masuk ke dunia anak autis adalah kontak mata. Anak auitis sulit belajar jika tidak bisa kontak mata dengan orang lain. Dari kontak mata anak akan memperhatikan pembicaraanyang menarik perhatian atau benda yang diinginkan orang lain. Ada beberapa tehnik kontak mata:
a.       Bangkitkan kontak mata anak dengan memberikan perintah”lihat” bersamaan dengan menempatkan benda yang menarik perhatiannya setinggi mata terapis. Pilih benda yang disukai anak, yang menarik perhatian atau benda yang diinginkan. Ambillah dengan cepat dan tempatkan setinggi mata anak. Atau jika anak senang makan maka pilih makanan. Biasanya anak akan melihat benda sebelum ia diperintah ”lihat”.
b.      Dudukkan anak dibangku berhadapan dan sama tinggi dengan terapis, kemudian kedua sisi kepala/pipi anak dipegang oleh kedua tangan terapis secara erat. Terapis memberi instruksi ”lihat” begitu anak melihat sekilas ke terapis pegangan segera dilepaskan. Anak akan belajar bahwa pegangan erat pada kepala /pipi yang tidak menyenangkan baginya akan hilang jika dia memandang terapis.
c.       Fiksasikan kepala anak (tetap pada posisinya) kemudian wajah terapis bergerak kesana kemari sesuai arah pandangan anak, sambil berkata lihat” sehingga menghalangi pandangan mata anak, dengan tujuan terjadi kontak mata terus menerus antara anak dengan terapis.
d.      Ucapkan instruksi ”lihat” setiap 5-10 detik. Berikan hadiah pada anak seperti makanan, minuman, mainan dan pujian jika ia memandang terapis paling tidak selama satu detik dan memandang dua detik setelah instruksi diberikan. Jika anak tidak memandang ke terapis dalam tempo dua detik setelah instruksi. Terapis menoleh ke arah lain sekitar 5 detik, kemudian ulangi lagi dengan memberikan pancingan menggunakan benda-benda tadi.
e.       Halangi pandangan anak dengan wajah terapis agar terjadi kontak mata sambil mengatakan ” lihat”. Dilakukan ketika anak duduk atau berbaring. Kemungkinan anak akan memalingkan wajah, karena itu wajah terapis akan bergerak kesana kemari untuk menghalangi pandangan mata anak dan mengadakan kontak mata secara terus menerus.

Autisme Integrasi Sensori
Integrasi sensoris berarti kemampuan untuk mengolah dan mengartikan seluruh rangsang sensoris yang diterima dari tubuh maupun lingkungan, dan kemudian menghasilkan respons yang terarah. Disfungsi dari integrasi sensoris atau disebut juga disintegrasi sensoris berarti ketidak mampuan untuk mengolah rangsang sensoris yang diterima.
Gejala adanya disintegrasi sensoris bisa tampak dari : pengendalian sikap tubuh, motorik halus, dan motorik kasar. Adanya gangguan dalam ketrampilan persepsi , kognitif, psikososial, dan mengolah rangsang. Namun semua gejala ini ada juga pada anak dengan diagnosa yang berbeda, misalnya anak dengan ASD. Diagnosa disintegrasi sensoris tidak boleh ditegakkan kalau ada tanda-tanda gangguan pada Susunan Saraf pusat.
 Terapi integrasi sensoris :
Aktivitas fisik yang terarah, bisa menimbulkan respons yang adaptif yang makin kompleks. Dengan demikian efisiensi otak makin meningkat.
Terapi integrasi sensoris meningkatkan kematangan susunan saraf pusat, sehingga ia lebih mampu untuk memperbaiki struktur dan fungsinya.
Aktivitas integrasi sensoris merangsang koneksi sinaptik yang lebih kompleks , dengan demikian bisa meningkatkan kapasitas untuk belajar.

Integrasi Sensori
Terapi Baru Atasi Gangguan Perkembangan
Bagi anak-anak yang memiliki masalah dalam perilaku dan perkembangan, seperti autis atau hiperaktif, terapi integrasi sensorik bisa menjadi salah satu alternatif.
Di usia 2,5 tahun, Arsya (5 tahun) belum menunjukkan tanda-tanda berbicara layaknya anak seusianya. Kata “ayah” dan “ibu” saja tak kunjung keluar dari mulut mungilnya. Ia hanya bisa ber-“u-u-u” atau “bu-bu-bu” saja. Menjelang usia 4 tahun, kemampuan bicaranya masih belum berubah. Ini berlangsung sampai Arsya akhirnya menjalani terapi sensory integration sesuai dengan rekomendasi seorang ahli. Dan hasilnya luar biasa. Tak sampai setahun, ia sudah dapat merangkai kalimat. Bukan hanya itu. Kini, di usianya yang ke-5, kemampuan bicaranya berkembang dengan normal.
Apa itu integrasi sensorik?
Dalam bukunya “ Sensory Integration and the Child ” ( Western Psychological Services , 1994), dr. Jean Ayres , Ph.D , terapis anak dari Amerika Serikat, mendefinisikan integrasi sensorik atau sensory integration sebagai “pengaturan input sensor”. Apa artinya? Untuk gampangnya begini. Setiap saat, si kecil akan menerima beragam input yang disampaikan ke otak melalui kelima pancainderanya. Nah, informasi tersebut bisa tak sengaja diperoleh (seperti suara-suara di sekitarnya) atau sengaja dicari (seperti membaca buku).
Tentu saja, otak tidak akan “melahap mentah-mentah” semua input yang masuk tadi. Makanya, otak akan memilah-milah dan menseleksi mana yang perlu diperhatikan dan mana yang perlu diabaikan. Kemudian, otak akan memutuskan apakah input tersebut akan direspons dalam sebuah reaksi, ataukah hanya disimpan dalam memori saja. Nah, untuk mengolah semua input yang masuk itu, diperlukan sebuah proses integrasi sensorik.
Terapi Penyembuhan
Bisa saja, proses integrasi sensorik seorang anak tidak bekerja dengan baik. Kalau otak tidak dapat memproses input dengan baik, maka otak juga tidak bisa mengatur perilaku si kecil secara efektif. Padahal, tanpa integrasi sensorik yang baik, proses belajar jadi sulit dan anak juga merasa tidak nyaman akan dirinya sendiri. Akibatnya si anak akan sulit beradaptasi terhadap tekanan-tekanan dan tuntutan-tuntutan dari luar.
Sebaliknya, bila ia mampu mengintegrasikan berbagai input dengan baik, maka otaknya dapat berkembang dengan baik pula. Hasilnya, ia akan menunjukkan tingkat perkembangan motorik, kognitif, emosi, dan sosialisasi sesuai usianya. Nah, terapi integrasi sensorik ini adalah cara ampuh untuk memulihkan kemampuan anak untuk mengintegrasikan sinyal yang ia terima dari dunia luar. Yang harus dicatat adalah sebelum serta merta menggabungkan anak anda ke kelas terapi ini, Anda perlu konsultasi dulu ke dokter. Biasanya pemeriksaan dilakukan dengan :
a.       Tes khusus dan observasi terhadap respon anak antara lain terhadap stimulasi sensorik, keseimbangan dan postur tubuh
b.      Wawancara dengan orang tua untuk mengetahui perkembangan anak dan perilaku anak sehari-hari.
Pada prinsipnya, dengan terapi ini anak disuruh melakukan serangkaian aktivitas dengan memakai alat-alat tertentu dibawah bimbingan seorang terapis. Semua alat-alat ini secara khusus dirancang untuk memberikan rangsangan pada lokasi-lokasi sensor. Sekilas, bagi yang pertama kali melihatnya, terapi ini tampak seperti permainan saja. Misalnya, anak disuruh bermain lilin. Sebenarnya, aktivitas ini berfungsi untuk mengirim impuls taktil (perabaan) ke otak. Setiap anak akan mendapat 1 jam terapi, baik kasus yang ringan maupun berat. Sedangkan durasinya tergantung dari kemampuan anak. Misalnya, jika anak takut bermain trampolin, ia tidak akan dipaksa. Hitungan waktu bukan suatu patokan dalam melakukan terapi, tapi hanya suatu stimulasi agar anak dapat melakukan terapi dengan baik dan bervariasi.
Tapi ingat, terapi ini tidak akan berhasil jika orang tua “melepaskan” anaknya begitu saja pada terapis. Artinya kerjasama antara orang tua dan terapis sangat diperlukan agar dicapai hasil yang optimal.


10 Jenis Terapi Autisme
Akhir-akhir ini bermunculan berbagai cara / obat / suplemen yang ditawarkan dengan iming-iming bisa menyembuhkan autisme. Kadang-kadang secara gencar dipromosikan oleh si penjual, ada pula cara-cara mengiklankan diri di televisi / radio / tulisan-tulisan.  Para orang tua harus hati-hati dan jangan sembarangan membiarkan anaknya sebagai kelinci percobaan. Sayangnya masih banyak yang terkecoh , dan setelah mengeluarkan banyak uang menjadi kecewa oleh karena hasil yang diharapkan tidak tercapai.
Dibawah ini ada 10 jenis terapi yang benar-benar diakui oleh para professional dan memang bagus untuk autisme. Namun, jangan lupa bahwa Gangguan Spectrum Autisme adalah suatu gangguan proses perkembangan, sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan memerlukan waktu yang lama. Kecuali itu, terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak membutuhkan jenis terapi yang berbeda.

Terapi perilaku dengan metode Lovaas
Applied Behavioral Analysis (ABA) adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.
Tehnik terapi perilaku lovaas:
1.      Istruksi yang diberikan singkat, jelas, konsisten dan hanya diberikan sekali, jangan diulang-ulang. Yang dimaksud singkat adalah instruksi satu kata, (lihat, tiru, makan, buka) hanya akata kuncinya saja. Jelas artinya sesuai dengan apa yang ingin diajarkan, hanya satu aktivitas. Misalnya tepuk tangan. Konsisten artinya  perintah harus sama misalnya tirukan, jangan ada yan memerintah tiruin.
2.      Respon
Dalam merespon instruksi terapis, anak mungkin benar, setengah benar, salah atau tidak merespon sama sekali, juga dinilai salah. Jika anak salah merespon , biarkan sekitar 2-3 detik untuk anak memulai responnya. Berikan umpan balik ringan ”tidak” kemudian berikan intruksi sekali lagi, jika masih salah atau tidak merespon, katakan ”tidak” kemudian berikan instruksi yang ketiga dan harus bersamaan dengan prompt (bantuan) seperti sentuhan pada tangan maupun bantuan penuh.Setelah uji coba diulang beberapa kali 1,2,3 + prompt+ Imabalan anak mungkin akan melakukan dengan benar atau setengah benar.
3.      Prompt (bantuan, dorongan dan arahan)
Jika instruksi “pegang hidung” anak tidak merespon, terapis dapat melakukan prompt dengan menggerakkan tangan anak untuk pegang hidung. Ada beberapa jenis prompt yaitu, prompt lisan (intruksi “ambil bola” maka raih tangan anak dan letakkan pada bola), prompt contoh/model (misalnya mengajarkan keterampilan mengucapkan salam, maka terapis memeragakan bagaimana bersalaman dengan orang lain), prompt fisik (misalnya sentuhan pada situ), prompt dengan menunjuk (yaitu bantuan menunjukkan sesuatu), prompt visual (menggunakan mata terapis untuk menunjukkan jalaban benar), prompt posisi (dengan cara mendekatkan benda yang akan di raih)  prompt dengan nukuran benda (misalnya dengan memperbesar usuran benda sehingga mudah dipahami anak).
4.      Imbalan
Imbalan bpleh berupa benda atau aktivitas positif.misalnya makanan, chuman, pelukan dan pujian. Imbalan positif adalah imbalan yang diberikan estela perilaku kemudian akan meningkatkan perilaku tersebut. Imbalan negatif imbalan yang jira diberikan maka anak tidak akan meningkatkan perilaku tersebut.

Metode Kaufman
Perbedaan metode3 kaufman denagn metode Lovas adalah pada cara memulai terapi perilaku. Loovas menuntut kepatuhan anak, metode kaufman membalikkan peranan, yaiutu orang tua dan terapis yang justru menjadi “murid”’



TERAPI  WICARA
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
Terapi Wicara
Terapis Wicara adalah profesi yang bekerja pada prinsip-prinsip dimana timbul kesulitan berkomunikasi atau ganguan pada berbahasa dan berbicara  bagi orang dewasa maupun anak.  Terapis Wicara dapat diminta untuk berkonsultasi dan konseling; mengevaluasi; memberikan perencanaan maupun penanganan untuk terapi; dan merujuk sebagai bagian dari tim penanganan kasus.
Area bantuan dan Terapi yang dapat diberikan oleh Terapis Wicara:
1.      Untuk Organ Bicara dan sekitarnya (Oral Peripheral Mechanism), yang sifatnya fungsional, maka terapis Wicara akan mengikut sertakan latihan-latihan Oral Peripheral Mechanism Exercises; maupun Oral-Motor activities sesuai dengan organ bicara yang mengalami kesulitan.
2.      Untuk Artikulasi atau Pengucapan: Artikulasi/ pengucapan menjadi kurang sempurna karena karena adanya gangguan, Latihan untuk pengucapan diikutsertakan Cara dan Tempat Pengucapan (Place and manners of Articulation). Kesulitan pada Artikulasi atau pengucapan, biasanya dapat dibagi menjadi: substitution (penggantian), misalnya: rumah menjadi lumah, l/r; omission (penghilangan), misalnya: sapu menjadi apu; distortion (pengucapan untuk konsonan terdistorsi); indistinct (tidak jelas); dan addition (penambahan). Untuk Articulatory Apraxia, latihan yang dapat diberikan antara lain: Proprioceptive Neuromuscular.
3.      Untuk Bahasa: Aktifitas-aktifitas yang menyangkut tahapan bahasa dibawah:
      1. Phonology (bahasa bunyi);
      2. Semantics (kata), termasuk pengembangan kosa kata;
      3. Morphology (perubahan pada kata),
      4. Syntax (kalimat), termasuk tata bahasa;
      5. Discourse (Pemakaian Bahasa dalam konteks yang lebih luas),
      6. Metalinguistics (Bagaimana cara bekerja nya suatu Bahasa) dan;
      7.  Pragmatics (Bahasa dalam konteks sosial). 

4.      Suara: Gangguan pada suara adalah Penyimpangandari nada, intensitas, kualitas, atau penyimpangan-penyimpangan lainnya dari atribut-atribut dasar pada suara, yang mengganggu komunikasi, membawa perhatian negatif pada si pembicara, mempengaruhi si pembicara atau pun si pendengar, dan tidak pantas (inappropriate) untuk umur, jenis kelamin, atau mungkin budaya dari individu itu sendiri.
5.      Pendengaran:  Bila keadaan diikut sertakan dengan gangguan pada pendengaran maka bantuan dan Terapi yang dapat diberikan: (1) Alat bantu ataupun lainnya yang bersifat medis akan di rujuk pada dokter yang terkait; (2) Terapi; Penggunaan sensori lainnya untuk membantu komunikasi;

PERAN  KHUSUS  dari Terapi wicara adalah mengajarkan suatu cara untuk ber KOMUNIKASI:
1.      Berbicara: Mengajarkan atau memperbaiki kemampuan  untuk dapat berkomunikasi secara verbal yang baik dan fungsional.  (Termasuk bahasa reseptif/ ekspresif – kata benda, kata kerja, kemampuan memulai pembicaraan, dll).
2.      Penggunaan Alat Bantu (Augmentative Communication): Gambar atau symbol atau bahasa isyarat sebagai kode bahasa; (1) : penggunaan Alat Bantu sebagai jembatan untuk nantinya berbicara menggunakan suara (sebagai pendamping bagi yang verbal); (2)  Alat Bantu itu sendiri sebagai bahasa  bagi yang memang NON-Verbal.

Kelainan berkomunikasi dibedakan menjadi:
Kelainan Bicara
Kelainan Bahasa
Kelainan Suara
Kelainan Irama/Kelancaran

Kelainan Bicara
Merupakan salah satu jenis kelainan berkomunikasi yang ditandai adanya kesalahan proses produksi bunyi bicara, baik itu yang terjadi pada POA (Point Of Articulation) dan/atau MOA (Manner OF Articulation)
Disaudia
Gangguan bicara/artikulasi yang berhubungan dengan adanya kesulitan/gangguan feedback auditory, dapat terjadi karena gangguan pendengaran.
Dislogia
Kelainan berkomunikasi yang disertai kerusakan mental. Rendahnya kecerdasan menyebabkan kesulitan dalam mengamati serta mengolah dalam pembentukan konsep dan pengertian bahasa.
Disartria
Kelainan bicara akibat gangguan koordinasi otot-otot organ bicara sehubungan adanya kerusakan/gangguan sistem syaraf pusat maupun perifer.
Disglosia
Kelainan bicara akibat adanya kelainan bentuk dan/atau struktur organ bicara, khususnya organ artikulator.
Dislalia
Gangguan artikulasi yang disebabkan ketaknormalan di luar organ wicara dan bukan dikarenakan kerusakan sistem syaraf pusat maupun perfer dan psikologis tapi merupakan gangguan fungsi artikulasi.

Kelainan Bahasa
Merupakan salah satu jenis kelainan berkomunikasi, dimana penderita mengalami kesulitan/kehilangan kemampuan dalam proses simbolisasi bahasa. Kelainan ini diakibatkan oleh adanya kerusakan otak dan diartikan sebagai kerusakan sebagian atau seluruh dari pemahaman bahasa, perumusan, penggunaan bahasa. Tidak termasuk gangguan yang dihubungkan dengan berkurangnya sensor primer, keadaan mental yang memburuk dan gangguan psikis.
Afasia Perkembangan/Anak
Afasia Dewasa

Kelainan Suara
Gangguan suara yang utamanya disebabkan oleh aksi atau perilaku pita suara, intensitas suara dan/atau kualitas suara yang tidak sesuai untuk individu tersebut dalam kaitannya dengan usia, jenis kelamin atau lingkungan.
Kelainan kenyaringan suara
Kelainan nada suara
Kelainan kualitas suara

Kelainan Irama/Kelancaran
Stuttering/Gagap
Gangguan kelancaran bicara yang berupa adanya pengulangan, perpanjangan, penghentian pada kata dan suku kata.

Cluttering
Gangguan bicara yang ditandai dengan adanya irama sangat cepat sehingga terjadi misartikulasi dan sulit dimengerti.
Palilalia
Kecenderungan mengulang kata atau phrase pada waktu mengucapkan kalimat.

Tahapan perkembangan bahasa anak:
1.      Tahap penyuaraan refleks
Bayi lahir hingga umur 3 minggu menggunakan bahasa reflek
2.      Tahap babbling
Umur 6-7 minggu mulai mengucap ba..ba...ba...pa...pa...pa....ga...ga....ga
3.      Tahap lalling
Pada usia 6-8 bulan bayi mulai mengoceh (laling) seperti gup...gup..ber.....ber dll.
4.      Tahap ekolalia
Umur 9-10 bulan mulai suka meniru kata maupun suku kata
5.      Tahap true spech
Pada usia 10 bulan keatas anak mulai mengembangkan kata seperti menyebut mobil disebut bing, membeli disebut bei.

Penyimpangan bicara anak autis:
1.      Kemampuan  true spech (bicara benar ) terlambat muncul bahkan tidak muncul sama sekali
2.      Ada penyimpangan bunyi, suku kata dan kata
3.      Perbendaharaan kata berada pada level bawahnya (pemahaman anak usia 5 tahun sama dengan anak usia 2 tahun)

CONTOH LATIHAN TERAPI WICARA
1.      Membidakan bunyi          
Terapis       : Sebutkan kata yang berawalan huruf t
Anak         : Mampu menunjuk kata yang berawalan huruf t
2.      Mengingat bunyi
Terapis       : Sebutkan angka (3 – 4 digit)
Anak         : Mampu menirukan angka tersebut
3.      Bunyi lingkungan
Terapis       : Bunyikan bunyi binatang ( SAPI, BEBEK, KUCING)
Anak         : Menyebut/menunjuk suara yang dibunyikan
4.      Perincian bunyi
Terapis       : Perkenalkan kata benda lewat gambar atau miniatur
Anak         : Mampu mengidentifikasi
5.      Kecakapan dengar
Terapis       : Bunyikan mainan yang dapat menghasilkan suara (BEL, LONCENG)
Anak         : Mencari sumber bunyi tersebut
6.      Pemahaman bunyi
Terapis       : Katakan cirikas dari kata benda
Anak         : Menunjuk gambar kata benda yang dimaksud
7.      Melengkapi
Terapis       : Berikan gambar yang kurang lengkap secara keseluruhan
Anak         : Melengkapi gambar yang kurang lengkap
8.      Ingat lihat
Terapis       : Berikan lima gambar lalu tutup
Anak         : Menyebutkan kelima gambar tersebut berurutan
9.      Menghubungkan  
Terapis       : Berikan kartu yang berpasangan misalnya sepatu-kaos -kaki
Anak         : Mencari pasangan yang teapat misalnya sepatu- kaos- kaki



3) Terapi Okupasi
Okupasi artinya kesibukan atau pekerjaan. Terapi okupasi berarti uasaha penyembuhan melalui kesibukan atau pekerjaan. Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.
Terapi Okupasi, dewasa ini banyak dijumpai anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan dan membutuhkan penanganan atau terapi yang komprehensif. Salah satu bentuk terapi yang dapat diberikan adalah Okupasi Terapi.

Tujuan terapi Okupasi
a.       Diversional (mengalihkan perhatian agar tidak terjadi neorosis (terganggu dalam pemecahan masalah sehingga terganggu dalam penyesuaian diri
Menghindari neorosis dan memelihara mental : ( mengembangkan potensi kecerdasan dan intelektual
b.      Pemulihan fungsional, maksudnya adalah membuat persendian , otot dan kondisi tubuh dapat berfungsi sebagaimana mestivya
c.       Latihan prevokasional : memberi peluang kepada anak menghadapi tugas, pekerjaan atau profesi yang seuai dengan kondisinya.

Terapi Okupasi memandang anak dari 3 area yaitu:
1. Produktifitas
Aspek yang dilihat pada area produktifitas ini adalah perilaku anak dalam memfokuskan perhatian atau mempertahankan konsentrasi pada aktifitas yang dilakukan, ketrampilan motorik halus yang akan mempengaruhi kemampuan menulis, menggunting, dan juga kemampuan kognitif-persepsi seperti konsep warna, bentuk, angka, dan huruf.
2. Aktifitas-aktifitas keseharian
Okupasi Terapi juga membantu anak-anak untuk dapat melakukan aktifitas keseharian seperti makan, minum, berpakaian, dan bersepatu secara mandiri.
3. Waktu luang (Leisure)
Sebagaimana diketahui bersama, dunia anak adalah dunia permainan. Pada area ini Okupasi Terapi membantu anak untuk mengeksplorasi permainan baik yang dilakukan sendiri maupun berkelompok.

Contoh latihan terapi Okupasi (Usia 3-6 tahun)
LATIHAN MEREAKSI
Latihan memanggil nama
v  Kegiatan terapis
Membiasakan anak menatap mata dengan orang yang berbicara dengannya.Terapis mereaksi dan harus memberikan nrespon
v  Kegiatan anak
Anak berlatih menoleh jika dipanggil namanya, dengan menoleh atau mengangkat tangan
v  Evaluasi
Menoleh bila dipanggil namanya
Menunjuk reaksi jika diajak bicara
Mengangkat tangan jika mendengar panggilan namanya

KEMAMPUAN MOTORIK KASAR
Berjalan bebas tanpa bantuan
v  Kegiatan terapis
Membimbing anak jika belum mampu melakukannya, dapat menggunakan alat atau gambar
v  Kegiatan anak:
Anak mengangkat kaki dan mengayunkan tangan yang berlawanan dengan langkah kaki
v  Evaluasi
Mengangkat kaki
Mengayunkan tangan
Berjalan sambil mengayunkan tangan
Berjalan sesuai pola lantai





Terapi Sensori Integrasi:
Merupakan aktivitas fisik yang terarah sehingga dapat menimbulkan respons adaptif yang makin kompleks. Dengan demikian efisiensi otak makin meningkat.
Terapi integrasi sensoris meningkatkan kematangan susunan saraf pusat, sehingga ia lebih mampu untuk memperbaiki struktur dan fungsinya.
Aktivitas integrasi sensoris merangsang koneksi sinaptik yang lebih kompleks, dengan demikian bisa meningkatkan kapasitas untuk belajar.

Movement therapy
Sensori Integrasi membantu secara memadai proses sensorik seorang anak agar tercapai:
Kemampuan dalam mengolah informasi secara tepat,
Kemampuan dalam berkonsentrasi,
Kemampuan organisasi,
Self-esteem,
Kemampuan kontrol diri,
Percaya diri,
Kemampuan akademis,
Kemampuan berfikir abstrak,
Kemampuan spesialisasi dari masing-masing sisi tubuh dan otak.


 4) Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.

5) Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.

6) Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.

7) Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,

8) Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

9) Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode …………. Dan PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.

Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).

Terapi Makanan
Terapi Diet pada Gangguan Autisme
Sampai saat ini belum ada obat atau diet khusus yang dapat memperbaiki struktur otak atau jaringan syaraf yang kelihatannya mendasari gangguan autisme. Seperti diketahui gejala yang timbul pada anak dengan gangguan autisme sangat bervariasi, oleh karena itu terapinya sangat individual tergantung keadaan dan gejala yang timbul, tidak bisa diseragamkan. Namun akan sulit sekali membuat pedoman diet yang sifatnya sangat individual. Perlu diperhatikan bahwa anak dengan gangguan autisme umumnya sangat alergi terhadap beberapa makanan. Pengalaman dan perhatian orangtua dalam mengatur makanan dan mengamati gejala yang timbul akibat makanan tertentu sangat bermanfaat dalam terapi selanjutnya. Terapi diet disesuaikan dengan gejala utama yang timbul pada anak. Berikut beberapa contoh diet anak autisme.

1. Diet tanpa gluten dan tanpa kasein
Berbagai diet sering direkomendasikan untuk anak dengan gangguan autisme. Pada umumnya, orangtua mulai dengan diet tanpa gluten dan kasein, yang berarti menghindari makanan dan minuman yang mengandung gluten dan kasein. Gluten adalah protein yang secara alami terdapat dalam keluarga “rumput” seperti gandung/terigu, havermuth/oat, dan barley. Gluten memberi kekuatan dan kekenyalan pada tepung terigu dan tepung bahan sejenis, sedangkan kasein adalah protein susu. Pada orang sehat, mengonsumsi gluten dan kasein tidak akan menyebabkan masalah yang serius/memicu timbulnya gejala. Pada umumnya, diet ini tidak sulit dilaksanakan karena makanan pokok orang Indonesia adalah nasi yang tidak mengandung gluten. Beberapa contoh resep masakan yang terdapat pada situs Autis.info ini diutamakan pada menu diet tanpa gluten dan tanpa kasein. Bila anak ternyata ada gangguan lain, maka tinggal menyesuaikan resep masakan tersebut dengan mengganti bahan makanan yang dianjurkan. Perbaikan/penurunan gejala autisme dengan diet khusus biasanya dapat dilihat dalam waktu antara 1-3 minggu. Apabila setelah beberapa bulan menjalankan diet tersebut tidak ada kemajuan, berarti diet tersebut tidak cocok dan anak dapat diberi makanan seperti sebelumnya.

Makanan yang dihindari adalah : Makanan yang mengandung gluten, yaitu semua makanan dan minuman yang dibuat dari terigu, havermuth, dan oat misalnya roti, mie, kue-kue, cake, biscuit, kue kering, pizza, macaroni, spageti, tepung bumbu, dan sebagainya.
Produk-produk lain seperti soda kue, baking soda, kaldu instant, saus tomat dan saus lainnya, serta lada bubuk, mungkin juga menggunakan tepung terigu sebagai bahan campuran. Jadi, perlu hati-hati pemakaiannya. Cermati/baca label pada kemasannya. Makanan sumber kasein, yaitu susu dan hasil olahnya misalnya, es krim, keju, mentega, yogurt, dan makanan yang menggunakan campuran susu. Daging, ikan, atau ayam yang diawetkan dan diolah seperti sosis, kornet, nugget, hotdog, sarden, daging asap, ikan asap, dan sebagainya. Tempe juga tidak dianjurkan terutama bagi anak yang alergi terhadap jamur karena pembuatan tempe menggunakan fermentasi ragi. Buah dan sayur yang diawetkan seperti buah dan sayur dalam kaleng.



Makanan yang dianjurkan adalah :
Makanan sumber karbohidrat dipilih yang tidak mengandung gluten, misalnya beras, singkong, ubi, talas, jagung, tepung beras, tapioca, ararut, maizena, bihun, soun, dan sebagainya. Makanan sumber protein dipilih yang tidak mengandung kasein, misalnya susu kedelai, daging, dan ikan segar (tidak diawetkan), unggas, telur, udang, kerang, cumi, tahu, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, kacang mede, kacang kapri dan kacang-kacangan lainnya. Sayuran segar seperti bayam, brokoli, labu siam, labu kuning, kangkung, tomat, wortel, timun, dan sebagainya. Buah-buahan segar seperti anggur, apel, papaya, mangga, pisang, jambu, jeruk, semangka, dan sebagainya.

2. Diet anti-yeast/ragi/jamur
Diet ini diberikan kepada anak dengan gangguan infeksi jamur/yeast. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pertumbuhan jamur erat kaitannya dengan gula, maka makanan yang diberikan tanpa menggunakan gula, yeast, dan jamur.
Makanan yang perlu dihindari adalah : Roti, pastry, biscuit, kue-kue dan makanan sejenis roti, yang menggunakan gula dan yeast.
Semua jenis keju.
Daging, ikan atau ayam olahan seperti daging asap, sosis, hotdog, kornet, dan lain-lain.
Macam-macam saus (saus tomat, saus cabai), bumbu/rempah, mustard, monosodium glutamate, macam-macam kecap, macam-macam acar (timun, bawang, zaitun) atau makanan yang menggunakan cuka, mayonnaise, atau salad dressing.
Semua jenis jamur segar maupun kering misalnya jamur kuping, jamur merang, dan lain-lain.
Buah yang dikeringkan misalnya kismis, aprokot, kurma, pisang, prune, dan lain-lain.
Fruit juice/sari buah yang diawetkan, minuman beralkohol, dan semua minuman yang manis.
Sisa makanan juga tidak boleh diberikan karena jamur dapat tumbuh dengan cepat pada sisa makanan tersebut, kecuali disimpan dalam lemari es. Makanan tersebut dianjurkan untuk dihindari 1-2 minggu. Setelah itu, untuk mencobanya biasanya diberikan satu per satu. Bila tidak menimbulkan gejala, berarti dapat dikonsumsi.

Makanan yang dianjurkan adalah :
Makanan sumber karbohidrat: beras, tepung beras, kentang, ubi, singkong, jagung, dan tales. Roti atau biscuit dapat diberikan bila dibuat dari tepaung yang bukan tepung terigu.
Makanan sumber protein seperti daging, ikan, ayam, udang dan hasil laut lain yang segar.
Makanan sumber protein nabati seperti kacang-kacangan (almod, mete, kacang kedelai, kacang hijau, kacang polong, dan lainnya). Namun, kacang tanah tidak dianjurkan karena sering berjamur. Semua sayuran segar terutama yang rendah karbohidrat seperti brokoli, kol, kembang kol, bit, wortel, timun, labu siam, bayam, terong, sawi, tomat, buncis, kacang panjang, kangkung, tomat, dan lain-lain. Buah-buahan segar dalam jumlah terbatas.


3. Diet untuk alergi dan inteloransi makanan
Anak autis umumnya menderita alergi berat. Makanan yang sering menimbulkan alergi adalah ikan, udang, telur, susu, cokelat, gandum/terigu, dan bias lebih banyak lagi. Cara mengatur makanan untuk anak alergi dan intoleransi makanan, pertama-tama perlu diperhatikan sumber penyebabnya. Makanan yang diduga menyebabkan gejala alergi/intoleransi harus dihindarkan. Misalnya, jika anak alergi terhadap telur, maka semua makanan yang menggunakan telur harus dihindarkan. Makanan tersebut tidak harus dipantang seumur hidup. Dengan bertambahnya umur anak, makanan tersebut dapat diperkenalkan satu per satu, sedikit demi sedikit.
Cara mengatur makanan secara umum
Berikan makanan seimbang untuk menjamin agar tubuh memperoleh semua zat gizi yang dibutuhkan untuk keperluan pertumbuhan, perbaikan sel-sel yang rusak dan kegiatan sehari-hari.  Gula sebaiknya dihindari, khususnya bagi yang hiperaktif dan ada infeksi jamur. Fruktosa dapat digunakan sebagai pengganti gula karena penyerapan fruktosa lebih lambat disbanding gula/sukrosa.
Minyak untuk memasak sebaiknya menggunakan minyak sayur, minyak jagung, minyak biji bunga matahari, minyak kacang tanah, minyak kedelai, atau minyak olive. Bila perlu menambah konsumsi lemak, makanan dapat digoreng.
Cukup mengonsumsi serat, khususnya serat yang berasal dari sayuran dan buah-buahan segar. Konsumsi sayur dan buah 3-5 porsi per hari. Pilih makanan yang tidak menggunakan food additive (zat penambah rasa, zat pewarna, zat pengawet).
Bila keseimbangan zat gizi tidak dapat dipenuhi, pertimbangkan pemberian suplemen vitamin dan mineral (vitamin B6, vitmin C, seng, dan magnesium).
Membaca label makanan untuk mengetahui komposisi makanan secara lengkap dan tanggal kadaluwarsanya. Berikan makanan yang cukup bervariasi. Bila makanan monoton, maka anak akan bosan. Hindari junk food seperti yang saat ini banyak dijual, ganti dengan buah dan sayuran segar.

 TERAPI MUSIK
Tujuan terapi musik bagi anak autis tidak terlepas dari terapi secara keseluruhan, yaitu mengembangkan dan memperbaiki kemampuan fisik, melatih kemampuan persepsi, mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi diri, mengembangkan kemampuan emosi dan kemampuan sosialisasi.
Ruang Lingkup terapi musik:
1.      Menggerakkan tubuh sesuai musik, bunyi atau suara
2.      Mendengarkan bunyi atau suara musik,misalnya suara sehari-hari ( kendaraan , hewan atau burung)
3.      Menggunakan alat-alat instrumen
4.      Membunyikan alat bersma-sama
5.      Menyanyi
6.      Bergerak dan bermain sesuai dengan musik/nyanyian

CONTOH LATIHAN TERAPI MUSIK
Tepuk tangan sesuai dengan irama keras-pelan
Bimbing anak bertepuk tangan biasa, keras dan pelan
Anak mencontoh cara bertepuk tangan biasa, keras dan pelan.
Anak melakukan sendiri
Pola irama :
0000vvvv0000vvvv0000vvvv0000
000vvvv000vvvv000vvvv000
Evaluasi:
Tepuk tangan secara bebas
Tepuk tangan secar keras
Tepuk tangan sesuai ketukan pelan
MUSIK UNTUK MELATIH KEMEMPUAN PERSEPSI
v  Alat : Rekaman bunyi serangga
v  Kegiatan
Bimbing anak untuk mendengarkan rekaman chalet suara serangga, kemudian minta anak menirukan bunyi-bunyi tersebut. Dan menyebut nama sesuai bunyi yang didengarnya.
v  Evaluasi
  1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
  2. Menirukan bunyi sesuai dengan yang didengarkannya
  3. Menunjukkan gambar sesuai sesuai bubyi yang didengar
  4. Menyebutkan nama benda sesuai bunyi yang didengar

3 komentar:

  1. Balasan
    1. Pusat Terapi & Tumbuh Kembang Anak Rumah Sahabat Yogyakarta melayani terapi terpadu bagi anak berkebutuhan khusus meliputi terapi komunikasi, fisioterapi, sensori integrasi, okupasi terapi, terapi perilaku, pendampingan ke sekolah umum & home visit prgram. informasi lebih lanjut hubungi 0274 8267882

      Hapus