BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan anak antara lain, menimbulkan perubahan, berkolerasi dengan pertumbuhan, memiliki tahap yang berurutan dan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan berbicara dan menulis merupakan suatu proses yang menggunakan bahasa ekspresif dalam membentuk arti. Perkembangan berbicara pada awal dari anak yaitu menggumam maupun membeo.Menurut pendapat Dyson bahwa perkembangan berbicara terkadang individu dapat menyesuaikan dengan keinginannya sendiri, hal ini tidak sama dengan menulis. Seorang bayi dari hari ke hari akan mengalami perkembangan bahasa dan kemampuan bicara, namun tentunya tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang cepat berbicara ada pula yang membutuhkan waktu agak lama. Untuk membantu perkembangannya ibu dapat membantu memberikan stimulasi yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing anak. Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas, misalnya dengan orang di sekitarnya lingkungan dan berkembang dengan orang lain yang baru dikenal dan bersahabat dengannya.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang’diutarakan dalam bentuk lisan. tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ckspresi wajah pantomim atau seni. Sedangkan bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan. Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkernbangan tersebut, sebab pada masa ini, sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk belajar dan scbagainya. Bahasa merupakan factor kepentingan dalam kehidupan kita karenqa melalui bahasa kita bisa menyampaikan pendapat, kritik dan melalui bahasa pula kita kita dapat berinteraksi dan berkumunikasi dengan lingkungan
Perkembangan berbicara dan menulis merupakan suatu proses yang menggunakan bahasa ekspresif dalam membentuk arti. Perkembangan berbicara pada awal dari anak yaitu menggumam maupun membeo.Menurut pendapat Dyson bahwa perkembangan berbicara terkadang individu dapat menyesuaikan dengan keinginannya sendiri, hal ini tidak sama dengan menulis. Seorang bayi dari hari ke hari akan mengalami perkembangan bahasa dan kemampuan bicara, namun tentunya tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang cepat berbicara ada pula yang membutuhkan waktu agak lama. Untuk membantu perkembangannya ibu dapat membantu memberikan stimulasi yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing anak. Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas, misalnya dengan orang di sekitarnya lingkungan dan berkembang dengan orang lain yang baru dikenal dan bersahabat dengannya.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang’diutarakan dalam bentuk lisan. tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ckspresi wajah pantomim atau seni. Sedangkan bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan. Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkernbangan tersebut, sebab pada masa ini, sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk belajar dan scbagainya. Bahasa merupakan factor kepentingan dalam kehidupan kita karenqa melalui bahasa kita bisa menyampaikan pendapat, kritik dan melalui bahasa pula kita kita dapat berinteraksi dan berkumunikasi dengan lingkungan
Dalam zaman era globalisasi ini tak sedikit anak mengalami kesulitan
dalam berbahasa sehingga anak tersebut sulit untuk menyampaikan pendapatnya
karena bahasa yang dipakainya yang tidak semua orang mengerti apa yang
dihendakinya
dalam berbahasa sehingga anak tersebut sulit untuk menyampaikan pendapatnya
karena bahasa yang dipakainya yang tidak semua orang mengerti apa yang
dihendakinya
Disini kami akan membahas factor apa saja yang dapat mempengaruhi anak
dalam kesulitan bahasa dan bagaimana penanngannya agar anak tersebut dapat
menggu7nakan bahasanya yang baik dan benar sehinggah semua orang dapat mengerti
apa yang sampaikannya.
dalam kesulitan bahasa dan bagaimana penanngannya agar anak tersebut dapat
menggu7nakan bahasanya yang baik dan benar sehinggah semua orang dapat mengerti
apa yang sampaikannya.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian bahasa menurut para tokoh
2. Pengertian berkesulitan belajar bahasa
3. Istilah-istilah berkesulitan belajar bahasa
4. Faktor penyebab berkesulitan belajar bahasa
5. Jenis-jenis kesulitan belajar bahasa
6. Metode-Metode Pengajaran Bagi Anak Berkesulitan Belajar
7. Penanganan-penanganan untuk berkesulitan belajar
C. Tujuan penulisan.
1. Dari isi makalah ini kita bisa mengetahui lebih jauh tentang anak berkesulitan belajar bahasa.
2. Kita bisa mengetahui bagaimana cara mengajari teknik belajar bagi anak berkesulitan belajar.
BAB II
ISI
A. Pengertian
Sebelum membahas kesulitan belajar bahasa, sebaiknya kita bahas terlebih dahulu pengertian bahasa. Banyak batasan yang diberikan tentang bahasa. Dalam pengertian umum, bahasa dianggap sebagai alat komunikasi. Alat yang digunakan oleh seseorang untuk berhubungan dengan orang lain. American Speech and Hearing Association (ASHA) mendefinisikan bahasa sebagai ” a complex and dynamic system of conventional symbols that is used in various modes for thought and communication” (Owen, Jr., p. 335). Ini menunjukkan bahwa bahasa sebagai sistem symbol komvensional yang kompleks dan dinamis, yang digunakan dalam berbagai cara untuk menyampaikan pikiran dan komunikasi. Apabila definisi tersebut kita terima, maka semua symbol yang bersistem, kompleks dan dinamis dapat kita anggap sebagai bahasa. Bahasa memiliki beberapa aspek, dilihat dari segi keterampilan berbahasa, aspek-aspek tersebut meliputi mendengar (menyimak), berbicara, menulis dan membaca. Dalam istilah Tarigan, G., disebut sebagai catur tunggal, tetapi dilihat dari dari sudut pandang lain, Brown membagi bahasa kedalam komponen-komponen bentuk, isi, dan penggunaan (Owen, Jr., 1984). Berdasarkan dari aspek dan komponen-komponen bahasa, kesulitan belajar bahasa dapat didefinisikan sebagai gangguan atau kesulitan yang dialami seseorang dalam memperoleh kemampuan mendengar, berbicara, membaca, menulis, yang mencakup penguasaan tentang bentuk, isi serta penggunaan bahasa. Gangguan ganguan ini mungkin disebabkan oleh sistem syaraf pusat atau oleh faktor lain yang berpengaruh secara tidak langsung (Wardani, IGAK., p. 39). Kesulitan-kesulitan berbahasa, misalnya: (1) kesulitan dalam menyampaikan pikiran dalam bentuk bahasa lisan, (2) kesulitan dalam membedakan kata-kata sapaan, (3) kesulitan dalam menuliskan apa yang diinginkannya secara tepat, (5) kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaan guru, (6) kesulitan berbicara sekaligus kesulitan dalam bentuk dan penggunaan bahasa.
B. Istilah-istilah Kesulitan/Gangguan Bahasa
Ganguan atau kesulitan berbahasa sering dikaitkan dengan penyakit yang menyebabkan terjadinya gangguan dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, jika penguasaan bahasa mendapat gangguan, maka komunikasinyapun terganggu. Berikut ini dikemukakan istilah-istilah tersebut:
1. Aphasia. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan hilangnya kemampuan berbahasa seseorang karena adanya gangguan pada sistem syaraf pusat. Gangguan ini dapat disebabkan oleh cidera pada kulit otak yang terjadi karena kecelakaan, benturan yang keras, atau stroke. Gangguan ini bersifat multi dimensi, sehingga kemampuan menggunakan atau menguasai simbol seolah-olah lenyap. Parahnya ketidakmampuan yang diakibatkan bergantung dari letak cidera atau luka, umur serta kondisi kesehatan ketika terjadinya cidera tersebut. Aphasia banyak jenisnya, paling tidak dapat diklasifikasikan kedalam 4 jenis, yaitu:
a. Aphasia Sensoris atau (aphasia reseptif, fluent aphasia, word deafness, wernickes aphasia). Yaitu mengalami kesulitan dalam memberi makna rangsangan yang diterimanya.
b. Aphasia motoris atau (aphasia ekspresif, broca aphasia), yaitu mengalami kesulitan dalam mengkoordinasikan atau menyusun pikiran, perasaan dan kemauan menjadi symbol-simbol yang bermakna dan dimengerti oleh orang lain.
c. Aphasia konduktif atau (dynamic aphasia, transcorticak sensory aphasia), yaitu megalami kesulitan dalam meniru pengulangan bunyi-bunyi bahasa.
d. Aphasia Amnesic atau nominal aphasia atau anomia, yaitu kesulitan dalam memilih dan menggunakan symbol-simbol yang tepat (Tarmansyah, 1995., p. 94)
2. Dysarthria dan Apraxia. Dysarthria muncul menyertai aphasia, yaitu berupa gangguan berbicara yang diakibatkan oleh hilangnya kontrol otot-otot pada mekanisme berbicara (Owen, Jr., 1984). Kerusakan atau cidera pada sistem syaraf dapat berakibat pada terganggunya gerakan, baik dalam bentuk gerakan 3 itu sendiri, kecepatannya, maupun irama gerakannya. Oleh karena itu dyarthria dapat muncul dalam bentuk penghilangan atau distrorsi (penyimpangan) bunyi, penghilangan bunyi, atau salah ucap yang terjadi secara permanen. Misalnya penderita dysrthria selalu menghilangkan bunyi pada awal, tengah, akhir kata. Misalnya: kata berangkat diucapkan angkat, meskipun diucapkan kipun atau mespun. Apraxia merupakan gangguan yang muncul dalam memilih dan memprogram pembicaraan. Karakteristik yang menonjol dalam gangguan ini antara lain tercermin dalam munculnya kesulitan untuk memulai pembicaraan, kesalahan pengucapan yang tidak konsisten, serta tampaknya gerakan meraba-raba atau mengubah sikap badan untuk ke sumber suara, walaupun apraxia dan dysarthria bukan merupakan gangguan lingusitik , tetapi keduanya dapat muncul bersama dengan munculnya gangguan linguistik seperti aphasia.
3. Dyslexia. Gangguan ini berkaitan dengan hilangnya kemampuan untuk membaca. Gangguan ini terjadi karena tidak berfungsinya secara normal syaraf yang berhubungan atau yang mengatur kemampuan membaca. Dyslexia sering disebut sebagai ”word blindness” (kebutaan akan kata-kata) karena penderita seolah-olah tidak mengenal kata-kata yang dibacanya. Gangguan ini mencakup berbagai variasi dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda, dari yang paling ringan sampai yang paling parah. Hakikat dyslexia terletak pada kebingungan dan kesulitan yang dialami seseorang selama karena ia seolah-olah tidak mengenal bunyi, arti, ataupun ejaan dari kata yang dilihatnya (Ramma, S., 1993)
4. Dysgraphia. Gangguan ini berkaitan dengan berkurangnya atau hilangnya kemampuan dalam menulis, sehingga tulisan yang dihasilkan sangat buruk dan hampir tidak dapat dibaca. Gangguan ini terjadi karena otot-otot serta syaraf-syaraf yang berfungsi dalam mengendalikan gerakan halus (fine motor) terganggu atau tidak berfungsi.
5. Gagap. Gangguan ini merupakan gangguan dalam kelancaran dan irama berbicara yang dapat muncul dalam bentuk yang paling ringan sampai paling parah. Penderita gangguan ini biasanya susah menghasilkan atau memulai pengucapan bunyi, menulang-ngulang kata berkali-kali, memanjangkan kata, atau berhenti terlalu lama. Penderita gangguan ini kadang-kadang berkeringat, mengedipkan mata, kerutan wajah, dan gerakan kepala pada saat mengucapkan kata-kata, terlebih pada kata-kata pertama.
6. Suara Sumbang atau Kelainan dalam Suara. Volume, tempo, keras linak suara serta kualitas suara memegang peranan penting dalam berkomunikasi oral. Gangguan terjadi akibat ada kelainan pada alat-alat ucapnya, seperti: gigi geligi tidak lengkap, sumbing, pita suara putus satu, celah langit-langit dsb. Contohnya, orang yang mengalami celah langit-langit (clep palate) bicaranya sengau.
7. Salah pengucapan. Gangguan ini sering muncul dalam empat bentuk, yaitu: penghilangan penggantian, penyimpangan, serta penambahan bunyi. Misalnya: sekolah diucapkan sekola, buku diucapkan puku, Bandung diucapkan mbandung, gelas diucapkan gela.
8. Disaudia. Yaitu kesulitan bicara yang disebabkan olehat gangguan pendengaran
9. Dislogia. Yaitu kesulitan bicara yang disebabkan oleh kemampuan kapasitas berpikir atau taraf kecerdasan di bawah normal.
10. Disglosia. Kesulitan bicara yang disebabkan oleh kelainan bentuk struktur dari organ bicara yaitu artikulator, seperti: palatoskisis (celah pada palatum), celah bibir, maloklusi (salah temu gigi atas dan gigi bawah), anomali (penyimpangan dari nilai baku, seperti: bentuk lidah yang tebal, tidak tumbuh velum, tali lidah pendek),
11. Dislalia. Kesulitan bicara yang disebabkan oleh faktor psikososial yang paling dominan disebabkan oleh faktor lingkungan dan gejala psikologis;
12. Afonia. Kesulitan dalam memproduksi suara atau tidak dapat bersuara sama sekali. Kesulitan ini disebabkan adanya kelumpuhan pita suara.
13. Gangguan Suara. Suara dihasilkan oleh pita suara yang diawali dengan keluarnya udara dari paru-paru, kemudian melalui pita suara menyentuh dinding resonansi, atau menggetarkan pita suara itu sendiri sehingga menimbulkan getaran udara. Getaran-getaran tersebut yang disebut sebagai getaran suara. Gangguan dalam proses produksi suara meliputi aktivitas pada saat fonasi sehingga mempengaruhi unsur-unsur suara, yaitu nada, kekerasan, dan kualitas suara.
· Kelainan nada. Kelaianan ini terjadi karena adanya gangguan pada frekuensi getaran pita suara pada waktu fonasi. Nada yang dihasilkan seseorang ditentukan oleh frekuensi getaran pita suara, semakin besar frekuensinya makin tinggi nada yang dihasilkan, sebaliknya makin kecil frekuensinya makin kecil pula nada yang dihasilkan.
· Kelainan kualitas suara. Kelainan ini terjadi karena adanya ketidaksempurnaan kontak antara pita suara pada saat aduksi sehingga suara yang dihasilkan tidak sama seperti suara normal. Kontak yang kurang baik pada saat aduksi menyebabkan terjadinya aliran udara yang tidak terkendalikan atau tidak terjadi getaran secara sempurna.
C. Faktor Penyebab
Menurut Wardani, IGAK (1995, h. 47) kesulitan bahasa disebabkan oleh faktor medis, keturunan dan lingkungan, sedangkan menurut Friend, M. (2005, p. 338) gangguan bahasa dan bicara disebabkan oleh faktor biologis dan faktor lingkungan. Lebih rinci Delaney-Black et al, 2000, mengemukakan faktor biologis lebih berhubungan dengan gangguan sistem syaraf pusat atau struktur dan fungsi sistem lain yang berhubungan dengan aspek kondisi fisik. Misalnya: autism, CP, ADHD, ketunarunguan, ketunanetraan, gangguan emosi, brain injury seperti aphasia, anoxia sebelum atau waktu kelahiran, perlakuan yang salah oleh ibu sebelum kelahiran, penyebab fisik lainnya, seperti: cleft lip atau palate, kondisi gigi geligi (Friend, M., 2005. p. 338). Penyebab gangguan bahasa yang disebabkan oleh faktor lingkungan meliputi infeksi pada telinga (OMF), an enviromental cause is neglect or abuse, sering ditinggal sendirian tanpa model bahasa orang dewasa, model bahasa yang salah, makan diucapkan maem, sakit – tatik, perawan -pawawan
Ada beberapa penyebab kesulitan belajar bahasa yaitu;
1. Kekurangan Kogritif
Ada tujuh jenis kekurangan kognitif yaitu :
- Kesulitan memahami dan membedakan makna bunyi wicara
- Pembentukan konsep dan pengembangannya kedalam unit-unit simantik
- Mengklasifikasikan kata
- Mencari dan menetapkan kata yang ada hubungannya
- Memahami saling keterkaitan antara masalah, proses, dan aplikasinya
- Perubahan makna atau transformasi simantik
- Menangkap makna secara penuh (implikasi semantic)
Berikut ini akan dijelaskan satu persatu
- Kesulitan memahami dan membedakan makna bunyi wicara Kondisi semacam itu menyebkan anak mengalami kesulitan untuk merangkai fonem, segmentasi bunyi, membedakan nada, mengatur kenyaringan, dan mengatur durasi bunyi.
- Kesulitan Pembentukan konsep dan pengembangannya kedalam unit-unit simantik. Banyak diantara anak-anak berkesulitan belajar yang memiliki masalah dalam pembentukan konsep dan dalam menghungkan unit-unit semantic.
Contoh; anak berkesulitan belajar mungkin hanya memiliki satu makna
tentang “puasa”, yaitu tidak mqakan dan minum pada waktu siangh hari
tentang “puasa”, yaitu tidak mqakan dan minum pada waktu siangh hari
- Mengklasifikasikan kata
Anak berkesulitan belajar sering mengalami kesulitan dalam mengelompokan
kata-kata. Jika mereka berhadapkan pada kata-kata seperti bayam, kangkung,
selada, dan seledri, dan yang seharusnya dikelompokan sebagai sayuran, tetapi mereka mengelompokan atas warna, yaitu hijau
kata-kata. Jika mereka berhadapkan pada kata-kata seperti bayam, kangkung,
selada, dan seledri, dan yang seharusnya dikelompokan sebagai sayuran, tetapi mereka mengelompokan atas warna, yaitu hijau
- Mencari dan menetapkan kata yang ada hubungannya
Kesulitan ini diduga berkaitan dengan adanya kesulitan dalam pemprosesan
bahasa auditoris. Anak berkesulitan belajar sering mengalami kesulitan dalam
bercerita dan penjelasan mereka sering tidak tersusun secara baik dan benar
bahasa auditoris. Anak berkesulitan belajar sering mengalami kesulitan dalam
bercerita dan penjelasan mereka sering tidak tersusun secara baik dan benar
- Perubahan makna atau transformasi simantik
Suatu informasi disampaikan melalui kata-kata dengan cara yang
berbeda-beda, tergantung pada hubungan, peranan, atau kebermaknaan ucapan. Kata
lembut misalnya, mungkin menjelakan tentang tekster, warna, volume atau mungkin
tentang gerakan
berbeda-beda, tergantung pada hubungan, peranan, atau kebermaknaan ucapan. Kata
lembut misalnya, mungkin menjelakan tentang tekster, warna, volume atau mungkin
tentang gerakan
- Menangkap makna secara penuh (implikasi semantic)
Tingkat kemampuan tertinggi untuk memahami bahasa adalah kemampuan
menangkap informasi yang diimplikasikan yang tidak dinyatakan secara jelas,
anak berkesulitan belajar sering mengalami kesulitan dalam memahami pepata,
cerita perumpamaan, dongeng, atau mitos. Akibat dari kekurangan dalam bidang
implikasi sematik tersebut, maka anak berkesulitan belajar juga mengalami
keulitan untuk memahami humor
menangkap informasi yang diimplikasikan yang tidak dinyatakan secara jelas,
anak berkesulitan belajar sering mengalami kesulitan dalam memahami pepata,
cerita perumpamaan, dongeng, atau mitos. Akibat dari kekurangan dalam bidang
implikasi sematik tersebut, maka anak berkesulitan belajar juga mengalami
keulitan untuk memahami humor
2. Kekurangan dalam memori
Hasil-hasil penelitihan menunjukkan bahwa anak
berkesulitan belajar sering memperlihatkan kekurangan dalam memori auditoris
dapat menimbulkan kesulitan dalam memproduksi bahasa, khusus dalam mengulang
urutan fonem, mengingat kembali kata-kata , mengingat symbol, dan memahami
hubunngan sebab akibat
berkesulitan belajar sering memperlihatkan kekurangan dalam memori auditoris
dapat menimbulkan kesulitan dalam memproduksi bahasa, khusus dalam mengulang
urutan fonem, mengingat kembali kata-kata , mengingat symbol, dan memahami
hubunngan sebab akibat
3. Kekurangan kemampuan Menilai
Penilaian merupakan bagian integral dari proses bahasa krena menjadi
jembatan antara pemahaman dengan produk bahasa, karena anak berkesulitan
belajar belajar sering memiliki kesulitan dalam menilai kemantapan atau kejanggalan
arti dari suatu kata baru terhadap informasi yang telah mereka peroleh sebelumnya
jembatan antara pemahaman dengan produk bahasa, karena anak berkesulitan
belajar belajar sering memiliki kesulitan dalam menilai kemantapan atau kejanggalan
arti dari suatu kata baru terhadap informasi yang telah mereka peroleh sebelumnya
4. Kekurangan Kemampuan Produksi Bahasa
Produksi bahasa akan dipermudah oleh adanya kemampuan mengingat, prilaku
efektif dan psikomotorik yang baik
efektif dan psikomotorik yang baik
5. Kekurangan Fragmatik
Anak berkesulitan bahasa umumnya kurang persuasive dalam percakapan, dan kekurangan mampu mengatur cara berdialog dengan orang lain
D. Jenis-jenis Kesulitan Belajar Bahasa
Pengelompokkan jenis-jenis kesulitan belajar bahasa yang banyak ditemukan antara lain:
1. Kesulitan belajar membaca dan menulis permulaan, seperti:
- tidak dapat membedakan bentuk huruf
- tidak dapat membedakan kata dengan benar
- melompati bagian yang harus dibaca (ibu Tuti membawa baju dibawa ibu membawa baju)
- membaca dengan menghafal (apal cangkem tidak mengenal huruf-huruf)
- kesulitan dalam emosi
2. Kesulitan belajar bahasa lisan
- persepsi yang keliru terhadap kata atau kalimat yang didengar, karena pendengaran terganggu
- tidak dapat menangkap informasi atau pesan yang didengar karena miskin kosa kata atau kurang memahami struktur kalimat yang didengar (mendengar tetapi tidak memahami makna)
- tidak mampu membedakan kata-kata yang bunyinya mirip, seperti: tegar – segar, teras – keras; bank – bang.
- Tidak dapat berkonsentrasi sehingga tidak mampu menangkap pesan
- Tidak dapat mengucapkan kata dengan baik
- Kesulitan memilih kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaan – pikiran
- Kesulitan menyusun kalimat
- Kesulitan mengatur volume suara dan intonasi
- Kesulitan menyusun urutan atau sistematika pesan yang akan diungkapkan
E. Metode-Metode Pengajaran Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
1. Metode fernal
Metode ini menggunakan materi bacaan yang dipilih dari kata-kata yang diucapkan
oleh anak, dan tiap kata diajarkan secara lisan.
2. Metode Gillingham
Metode ini merupakan pendekatan terstruktur taraf tinggi yang memerlukan lima jam pelajaran dalam 2 tahun. Aktifitas pertama diarahkan pada belajar berbagai bunyi huruf dan perpaduan huruf-huruf tersebut. Anak menggunakan teknik menjiplak untuk mempelajari berbagai huruf. Bunyi-bunyi tunggal huruf selanjutnya dikombinasikan kedalam kelompok-kelompok yang lebih besar dan kemudian program Fonik diselesaikan.
3. Metode Analisis Glass
Metode ini merupakan suatu metode pengajaran melaui pemecahan sandi kelompok huruf kedalam kata. Metode ini bertolak dari asumsi yang mendasari metode ini. Pertama proses pemecahan sandi (decoding) dan membaca (reading) merupakan kegiatan yang berbeda. Kedua, pemecahan sandi mendahului membaca. Pemecahan sandi didefinisikan sebagai menentukan bunyi yang berhubungan dengan suatu kata tertulis secara tepat.
Melalui metode ini, anak dibimbing untuk mengenal kelompok-kelompok huruf sambil melihat kata secara keseluruhan. Metode ini menekankan pada latihan auditoris dan visual yang terpusat pada kata yang sedang dipelajari.
Dengan metode Analisis Glass ini anak akan merespon secara visual maupun auditoris terhadap kelompok-kelompok huruf. Menurut Glass hal semacam ini anak mampu memecahkan sandi, dan menyimpulkan kembali huruf-huruf kedalam bentuk kata yang utuh.
Di sekolah dan kemudian hidup. Sebagai simpulan dari uraian di atas bahwa membaca merupakan suatu prosos resesif yang tidak produktif. Sehingga keterampilan membaca harus dapat menghasil sebuah pemahaman bagi siswa setelah membaca. Kegagalan dalam memahami sebuah teks bacaan disebabkan adanya beberapa faktor seperti kurang mengenal huruf, membaca kata demi kata, memparafrasekan yang salah, penghilangan huruf atau kata, pengulangan kata, Menggunakan Gerak Bibir, Jari Telunjuk, dan Menggerakan Kepala, kesulitan vokal, Kesulitan Menganalisis Struktur Kata, Tidak Mengenali Makna Kata dalam Kalimat dan Cara Mengucapkannya, Tidak mengenali ide pokok dan ide penjelasan, hubungan antaride, menari inferensi, dan menggeneralisasi Maka dari hal tersebut diatas maka munculah berbagai metode untuk mengatasinya, yakni metode yang dipakai adalah metode Fernal, metode Gillingham, metode Analisis Glass.
Sebelum kita mengenal faktor-faktor penyebab kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar membaca, guru perlu mernahami konsep membaca dan aspek-aspek dalam membaca. Menentukan dan menyusun langkah-langkah yang tepat adalah awal dari kesuksesan kita, kelayakan kita, dalam menyandang profesi seorang “guru”.
4. Metode Simulasi
Metode ini dilakukan berdasarkan prinsip pengamatan terhadap suatu rangsangan secara terpadu melalui sensory yang dimiliki seseorang dengan memperbaiki “konsep perilaku komunikasi yang salah”.
5. Metode Phonetic-placement.
Metode ini selalu menuntut anak dengan gangguan komunikasi untuk “memperhatikan” gerakan posisi organ bicara atau alat komunikasi yang lainnya sehingga mampu mengendalikan pergerakan organ bicara.s
6. Metode Moto-kinestetic.
Disebut juga metode manipulasi. Guru melakukan manipulasi langsung kepada otot-otot organ bicara atau organ komunikasi yang dipandang perlu.Pemberian manipulasi melalui alat misalnya jati, spatel, kuas khusus atau alat-alat lainnya.
7. Metode Psiko-edukatif.
Melalui teknik play-therapy, role playing, dramatisasi, atau metode-metode lainnya. Metode yang bercorak psiko-edukatif ini didasari oleh kesadaran diri atas keunggulan dan kelemahan pribadi yang kemudian melahirkan keinginan untuk meningkatkan sifat-sifat baik dan mengurangi sifat-sifat buruk dirinya. Dalam pelaksanaannya dilakukan pula proses pembiasaan seperti pada metode pertama ditambah pula dengan usaha-usaha meneladani perbuatan-perbuatan baik dari orang lain yang dikagumi.
F. Penanganannya
1. Disfasia expresif
Disfasia expresif sebenarnya tidak mengalami masalah dalam pemahaman
bahasa tetapi sulit mengekspresikan kata secara verbal. Adapun penanganannya
dengan cara sebagai berikut:
bahasa tetapi sulit mengekspresikan kata secara verbal. Adapun penanganannya
dengan cara sebagai berikut:
a) Meluruskan bicara, tidak membiarkan kesalahan ucapan, contoh “ atu adi ompat”, abel biara
seperti itu guru paham makudnya, tetapi guru harus langsung meluruskan denngan
pelan-pelan sehingga abel akan belajar pengucapan yang benar “aku tadi lompat”
seperti itu guru paham makudnya, tetapi guru harus langsung meluruskan denngan
pelan-pelan sehingga abel akan belajar pengucapan yang benar “aku tadi lompat”
b) Memperlihatkan mimic wajah dan bibir saat bicara, saat berkumunikasi denngan anak disfasia ekspresif, guru atau orang tua dan anak saling berhadapan dan guru menuntunnya untuk bicara pela-pelan mengerti
c) Mengajarkan keterampilan lidah dan mulut, Melatih anak disfesia ekspresif dengan senam mulut beberapa menit setiap hari dengan cara meletakan dua jari diatas mulut lalu diputar-putar jarinya, kemudian bergantian jari tangan dipindahkan kebawah bibir dan dilakukan gerakan yang sama, sedangkan latihan lidah dapat dilakukan dengan menekuk lidah keatas
dan kebawah
dan kebawah
d) Memberikan dorongan, dengan cara Memberikan penghargaan berupa dorongan atau pujian yang tidak berlebihan ketika ia bias mengucapkan hal yang jelas dan benar. Contoh; Fahri anak kelas 1 SD. Ia mengalami kesulitan dalam berbahasa dalam berbahasa verbal
2. Disfasia Reseptip
Disfasia Reseptip, ia dapat mendengnarkan kata-kta yang diucapkan orang lain, tetapi tidak mengerti apa maksud dari kata-kata yang didengar tersebut karena gangguan dalam
memproses stimulasi yang masuk. Untuk dapat membantu paenderita Disfasia
Reseptip untuk memahami makna dari suatu kata. Latihan-latihan yang dapat
dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut;
memproses stimulasi yang masuk. Untuk dapat membantu paenderita Disfasia
Reseptip untuk memahami makna dari suatu kata. Latihan-latihan yang dapat
dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut;
a. Menerangkan Arti Setiap Kata kepada Anak
Bisa jadi selama ini, dirumahnya, anak penderita disfasia resepif tidak
diajarkan apaarti dari setiap kata-kata yang ia dengar. Misalnya bagaimana
mengambil, bagaimana menaruh, dan bagaimana istirahat.
diajarkan apaarti dari setiap kata-kata yang ia dengar. Misalnya bagaimana
mengambil, bagaimana menaruh, dan bagaimana istirahat.
b. Memandang Anak Saat Bicara
Hadapkan wajah kepada anak dalam posisi face, dan pegang pundaknya dengan penuh perhatian saat berbicara denganya.
c. Bicaralah denganPelan-pelan dan Singkat
Jika untuk memahami satu kata saja ia sudah cukup sulit, jangan terlalu
panjang dalam memberikan arahan kepadanya akan membuat jaringan di otaknya yang
mengolah stimulus yang masuk akan makin kacau sehingga membuatnya “nggak
nyambung”. Untuk mengajak anak mengalami gangguan mengolah stimulus agar bias
duduk dikursi, cukup mengucapkan, “Fahri bisa duduk?”. Akan menjadi sangat
membingingkan anak ketika mengarahkannya untuk duduk dengan cara seperti ini,
“Fahri, kalau belajar duduk ya, lihat teman-temannya semua duduk kan?”.
panjang dalam memberikan arahan kepadanya akan membuat jaringan di otaknya yang
mengolah stimulus yang masuk akan makin kacau sehingga membuatnya “nggak
nyambung”. Untuk mengajak anak mengalami gangguan mengolah stimulus agar bias
duduk dikursi, cukup mengucapkan, “Fahri bisa duduk?”. Akan menjadi sangat
membingingkan anak ketika mengarahkannya untuk duduk dengan cara seperti ini,
“Fahri, kalau belajar duduk ya, lihat teman-temannya semua duduk kan?”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Dari semua pembahasan di atas terdapat intisari yang bisa kita cerna yaitu anak berkesulitan belajar bahasa memiliki gangguan pada komunikasinya yang juga disebabkan karena faktor internal anak serta juga bisa disebabkan oleh faktor eksternal pada anak.
Dan anak berkesulitan belajar bahasa ini bisa disembuhkan dengan berbagai macam metode serta teknik pembelajaran sesuai dengan apa yang di berikan.
Daftar Pustaka
Friend, M. (2005) Special Education, Contemporary Perspectives for Schools
Professional, Boston: The University of North Carolina at Greensboro
Owen, Jr, R.E. (1984) Language Development. Columbus: Charles E. Merril
Publishing Company
Tarmansyah, (1996), Gangguan Komunikasi, Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti - Proyek
Pendidikan Tenaga Guru
Wardani, IGAK, (1995) Pengajaran Bahasa Indonesia, Jakarta: Depdikbud – Dirjen
Dikti Proyek Pendidikan Tenaga Guru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar