Senin, 30 April 2012

Krisis Paradigma Pendidikan Indonesia

MASALAH Bukti (Krisis Paradigma Pendidikan) Indonesia
LALU, mana sih penyebab bukti (krisis paradigma pendidikan) Indonesia?
PENGAKUAN sah paling umum dan efektif membuktikan (r)evolusi paradigma baru ilmu pengetahuan adalah memecahkan masalah yang menyebabkan paradigma lama mengalami krisis (Thomas S Kuhn).
Sabtu, 25 Februari 2012, kembali memberikan pelatihan Strategi Ilmuwan Menulis kepada mahasiswa. Seperti minggu lalu, dimulai definisi ilmu pengetahuan paradigma lama kemudian definisi paradigma baru. Diakhiri memberikan bukti memecahkan kasus yang tidak dapat dipecahkan paradigma lama sebelumnya. Dan, kali ini juga menarik karena mahasiswa yang mengikuti dari Fakultas MIPA Jurusan Matematika, Jurusan Kimia, Jurusan Informatika dan Jurusan Biologi. Banyak hal dibahas. Tetapi contoh kali ini untuk bidang ilmu pengetahuan biologi. Berkaitan hal yang sederhana dan umum, tetapi mendasar.
Mahasiswa diminta mencermati kasus di layar: “Salah satu perdebatan akademis yang terus berlangsung sampai saat ini berkisar keilmiahan dari disiplin-disiplin yang berada di bawah payung ilmu-ilmu sosial seperti Sosiologi, Ilmu Politik, Psikologi Sosial, Ilmu Ekonomi, Antropologi, Geografi, Sejarah, Ilmu Komunikasi serta disiplin-disiplin lain yang merupakan gabungan dari disiplin-disiplin tersebut. Perdebatan tersebut pada dasarnya berkutat pada isu-isu apakah perilaku manusia dapat dikaji secara ilmiah atau tidak. Sebagian para akademi tidak bersepakat dalam menganggap disiplin-disiplin tersebut sebagai ilmu.
Dalam banyak kasus, pergerakan dalam ilmu sosial telah lebih menekankan pada perhatian agar dapat memberikan penjelasan sistematis, sementara perhatian sebelumnya hanya pada deskripsi saja (Earl Babbie,1989)**.
Artinya, semua yang berkenaan ilmu pengetahuan harus berpegang pada prinsip dasar keteraturan ilmu pengetahuan. Terkait hal itu, membahas krisis pendidikan (ilmu) pengetahuan sosial pasti mengejutkan. Tetapi, untuk bidang ilmu biologi pun mengejutkan pula. Contoh. Ketika peserta (jurusan biologi) diminta menyebut siklus hidup kupu-kupu, dengan mudah urut dari telur, ke ulat, lalu kepompong, akhirnya kupu-kupu. Lalu, diberikan dalam prinsip keteraturan paradigma baru ilmu pengetahuan yaitu urutannya dari ulat, ke kepompong, lalu kupu-kupu, kemudian kawin dan akhirnya (ber)telur (QZ, 2000). Atau ditulis, siklus hidup kupu-kupu adalah kawin, telur, ulat, kepompong dan kupu-kupu (QZ, 2000). Inilah siklus hidup kupu-kupu sempurna. (Perhatikan urutan dan keterkaitannya siklusnya).
Kemudian diajukan contoh lebih susah dan deskripsi kacau paradigma lama (ilmu) pengetahuan menjadi krisis nyata. Peserta bingung diminta menetapkan keteraturan ciri mahluk hidup yaitu melakukan gerak aktif, melakukan metabolisme, berkembang biak, tumbuh, dan tanggap terhadap rangsangan. Jawabannya, dalam ilmu pengetahuan paradigma baru, ciri mahluk hidup adalah melakukan metabolisme, tumbuh, melakukan gerak aktif, tanggap terhadap rangan dan berkembang biak (QZ, 2000). (Perhatikan kembali urutan dan keterkaitannya siklusnya. Untuk hal sederhana dan umum ini saja, karena mendasar, semua buku referensi biologi harus ditulis ulang. Apalagi bila paradigma baru diterapkan pada (ilmu) pengetahuan sosial (contoh, lihat tulisan sebelumnya: Masalah (Pemerintahan) Indonesia).
Di akhir pertemuan di layar proyektor: “BAGAIMANA sih, kesimpulannya? (1) SIAPA PUN, bagaimana pun untuk belajar dan mengajar masalah apa pun mana pun, harus berpegang prinsip dasar ilmu pengetahuan (science) adalah segenap pengetahuan yang teratur (systematic knowledge)”
“LALU,…? (2) JIKA tidak berpegang prinsip asumsi dasar ilmu pengetahuan sebagai segenap pengetahuan yang teratur, maka akan banyak buang tenaga, bahan, biaya, waktu, dan pikiran saja. Karena hasil yang didapat dan diberikan sebatas gambaran (deskripsi) kabur atau gejala (fenomena) kacau”.
“AKHIRNYA,…? (3) YANG lebih parah, jika tidak berpegang prinsip dasar ilmu pengetahuan sebagai segenap pengetahuan yang teratur, belajar dan mengajar (meneliti dan mengelola) apa pun dapat tersesat dan menyesatkan. Kemalangan berantai”.
JADI, jelas bukti krisis (pendidikan) Indonesia (dan dunia)? Dan, tinggal terus pendidikan deskripsi kacau paradigma lama atau ingin teratur dengan prinsip ilmu pengetahuan paradigma baru saja!
KETIKA ilmuwan mengambil keputusan paradigma baru bumi bulat, maka kosa kata dan formulasi bumi datar tak berguna lagi (John Naisbitt).


http://edukasi.kompasiana.com