Rabu, 14 Desember 2011

Teori Belajar Behavioristik

Teori Belajar Behavioristik
Pandangan tentang belajar :
Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi
berdasarkan paradigma S-R (stimulus- respon)
Ciri-ciri teori belajar behavioristik :
a.Mementingkan pengaruh lingkungan
b.Mementingkan bagian-bagian ( elementalistik )
c. Mementingkan peranan reaksi.
d.Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar.
e.Mementingkan sebab-sebab di waktu yang lalu,
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan, dan
g. dalam pemecahan problem, ciri khasnya “trial and
error”.
Termasuk teori belajar behavioristik:
1. Teori belajar koneksionisme dengan tokoh Edward
Lee Thorndike.
2. Teori belajar classical conditioning dengan tokoh
Pavlov.
3. Teori belajar Descriptive behaviorism atau operant
conditioning dengan tokoh Skinner.
1. Teori Belajar Koneksionisme
Belajar dapat terjadi dengan dibentuknya hubungan
yang kuat antara stimulus dan respons. Agar tercapai
hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya
kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta
melalui percobaan-percobaan ( trials ) dan kegagalankegagalan
( error ) terlebih dahulu.
2
Hukum-hukum Belajar dari Thorndike
Ada tiga hukum dasar ( hukum primer ) dan lima hukum
tambahan. Adapun hukum dasar dari Thorndike adalah
sebagai berikut :
1. Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
a. Bila seseorang telah siap melakukan sesuatu tingkah
laku, dan memberi kepuasan baginya, maka ia tidak
melakukan tingkah laku lain.
b. Bila seseorang sudah siap melakukan suatu tingkah
laku, maka tidak dilakukannya tingkah laku itu akan
menimbul kekecewaan.
c. Bila seseorang belum siap melakukan tingkah laku
maka dilaksanakannya tingkah laku tersebut akan
menimbulkan ketidak puasan.
d. Bila seseorang belum siap melakukan suatu tingkah
laku maka tidak dilakukannya tingkah laku tersebut
akan menimbulkan kepuasan.
2. Hukum latihan ( the law of exercise )
Prinsip utama belajar adalah ulangan. Makin sering
suatu pelajaran diulangi, makin dikuasailah pelajaran
tersebut, dan makin tidak pernah diulangi, pelajaran
tersebut makin tidak dapat dikuasai.
Terdiri dari :
A. Hukum penggunaan ( “the law of use” )
Dengan latihan berulang-ulang maka hubungan
stimulus dan respons makin kuat.
3
B. Hukum tidak ada penggunaan ( “the law of
disuse” )
Bahwa hubungan antara stimulus dan respon
melemah bila latihan dihentikan
3. Hukum akibat ( the law of effect )
Hubungan stimulus respon diperkuat bila akibatnya
memuaskan dan diperlemah bila akibatnya tidak
memuaskan.
Lima Hukum Tambahan Thorndike
a) Multiple Respons atau reaksi yang bervariasi. Melalui
proses trial and error seseorang akan terus melakukan
respons sebelum memperoleh respon yang tepat dalam
memecahkan masalah yang dihadapi.
b) Set atau attitude, situasi di dalam diri individu yang
menentukan apakah sesuatu itu menyenangkan atau tidak
bagi individu tersebut. Proses belajar berlangsung dengan
baik bila situasi menyenangkan dan terganggu bila situasi
tidak menyenangkan.
c) Prinsip aktivitas berat sebelah (partial
activity/prepotency of elements) yaitu manusia
memberikan respons hanya pada aspek tertentu. Dalam
belajar harus diperhatikan lingkungan yang sangat komplek
yang dapat memberi kesan berbeda untuk orang yang
berbeda.
d) Prinsip Response by analogy atau transfer of training.
Yaitu manusia merespon situasi yang belum pernah dialami
melalui pemindahan ( transfer ) unsur-unsur yang telah
mereka kenal kepada situasi baru. Dikenal dengan theory of
identical elements yang menyatakan bahwa makin banyak
unsur yang identik, maka proses transfer semakin mudah.
4
e)Perpindahan asosiasi ( Associative Shifting ). Yaitu
proses peralihan suatu situasi yang telah dikenal ke situasi
yang belum dikenal secara bertahap, dengan cara
menambahkan sedikit demi sedikit unsur-unsur ( elemen )
baru dan membuang unsur-unsur lama sedikit demi sedikit
sekali sehingga unsur baru dapat dikenal dengan mudah oleh
individu.
4. Revisi Hukum Belajar dari Thorndike
a.Hukum latihan ditinggalkan, karena ditemukan bila
pengulangan saja tidak cukup untuk memperkuat
hubungan stimulus dengan respons.
b.Hukum akibat (the law of effect) direvisi, ditemukan
bahwa hadiah (reward) akan meningkatkan hubungan,
tetapi hukuman (punisment) tidak mengakibatkan
efek apa-apa.
c. Belongingness, yaitu terjadinya hubungan stimulusrespon
bukannya kedekatan, tetapi adanya saling
sesuai antara kedua hal tersebut. Situasi belajar akan
mempengaruhi hasil belajar.
d. Spread of effect, yaitu bahwa akibat dari suatu
perbuatan dapat menular.
5
5. Penerapan Teori Belajar Koneksionisme
a.Guru dalam proses pembelajaran harus tahu apa
yang hendak diberikan kepada siswa.
b.Dalam proses pembelajaran, tujuan yang akan
dicapai harus dirumuskan dengan jelas, masih
dalam jangkauan kemampuan siswa.
c. Motivasi dalam belajar tidak begitu penting, yang
lebih penting ialah adanya respon-respons yang
benar terhadap stimuli.
d.Ulangan yang teratur perlu sebagai umpan balik
bagi guru, apakah proses pembelajaran sudah
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau belum.
e. Siswa yang sudah belajar dengan baik segera
diarahkan.
f. Situasi belajar dibuat mirip dengan kehidupan nyata,
sehingga terjadi transfer dari kelas ke lingkungan
luar.
g.Materi pembelajaran yang diberikan harus dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
h. Tugas yang melebihi kemampuan peserta didik
tidak akan meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan permasalahannya.
6
II. Teori belajar classical conditioning
Eksperimen Pavlov dapat diterangkan berikut ini :
US ___________________ UR
CS1+ US1 ___________________ UR1
CS2+ US2 ___________________ UR2
CS3+ US3 ___________________ UR3
CS32+US32 ___________________ UR32
CSn ____________________ CRn
Keterangan :
1. US (unconditioned stimulus) : Stimulus tidak
dikondisikan yaitu stimulus yang langsung
menimbulkan respon, misalnya daging dapat
merangsang anjing untuk mengeluarkan air liur.
2. UR (unconditioned respons) : respon tak bersyarat,
yaitu respon yang muncul dengan hadirnya US,
misalnya air liur anjing keluar karena anjing melihat
daging.
3. CS (conditioning stimulus) : stimulus bersyarat,
yaitu stimulus yang tidak dapat langsung
menimbulkan respon, agar dapat menimbulkan
respon perlu dipasangkan dengan US secara terus
menerus agar menimbulkan respon. Misalnya Bunyi
bel akan menyebabkan anjing mengeluarkan air liur
jika selalu dipasangkan dengan daging.
4. CR (conditioning respons) : respons bersyarat, ,
yaitu respon yang muncul dengan hadirnya CS.
Misalnya : air liur anjing keluar karena anjing
mendengar bel.
7
Kemungkinan proses yang menyertai :
1. Proses extinction yaitu proses hilangnya respons
yang diharapkan. Terjadi apabila pemberian CS
tanpa adanya US terus-menerus diberikan sehingga
kadar CR makin menurun, dan dapat hilang sama
sekali.
2. Spontaneous recovery, yaitu CR yang hilang
setelah extinction akan muncul kembali apabila US
diberikan lagi.
3. Asimtot kurve belajar, yaitu keadaan dimana
pengulangan CS-US tidak menyebabkan
penambahan kekuatan CR (Tingkat CR stabil).
4. Generalisasi, yaitu kecenderungan organisme
memberi respon tidak hanya pada stimulus yang
dilatihkan, tetapi juga pada stimulus lain yang
berhubungan, misalnya anjing yang dilatih untuk
mengeluarkan air liur dengan cara mendengar nada
tertentu, setelah berhasil dia juga mengeluarkan air
liur kalau mendengarkan nada yang lebih tinggi atau
lebih rendah.
5. Diskriminasi yaitu keadaan organisme hanya
memberi respon pada stimulus tertentu, sehingga
tidak memberi respon pada stimulus yang lain,
walaupun stimulus tersebut berhubungan dangan
stimulus sebelumnya.
6. Conditioning tingkat tinggi (higher order
conditioning), yaitu conditioning yang sangat tinggi
dimana CS dipasangkan dengan CS lain sudah
menimbulkan respon yang diinginkan.
8
Penerapan teori conditioning dalam belajar
Kalau mata pelajaran termasuk CS, sikap guru termasuk
US, dan respon siswa termasuk UR atau CR, maka akan
terjadi hal sebagai berikut :
1. Mata pelajaran Matematika ( CS ) + guru yang baik
(US)  siswa mempunyai respon positif (UR), yang
berarti siswa senang pada cara guru mengajar
matematika dengan baik. Kalau hal ini dilakukan
berkali-kali, maka akan terjadi : mata pelajaran
Matematika (CS)  siswa mempunyai respon
positif terhadap mata pelajaran Matematika (CR).
2. Matematika (CS) + guru otoriter (US)  respons
siswa negatif (UR). Kalau hal ini dilakukan berkalikali,
maka akan terjadi hal sebagai berikut : mata
pelajaran matematika (CS) respons siswa
terhadap mata pelajaran matematika negatif (CR).
Teori belajar operant conditioning
(Skinner)
Ada dua macam respons, yaitu :
1.Respondent respons, yaitu respons yang ditimbulkan
oleh perangsang tertentu. Respon ini timbul karena
didahului perangsang tertentu (eleciting stimuli),
menimbulkan respons secara relatif menetap.
Misalnya makanan hanya dapat menyebabkan
keluarnya air liur.
2.Operant respons atau instrumental respons.
Perangsangnya disebut reinforcer yaitu respon yang
timbul dan berkembang diikuti oleh perangsangperangsang
tertentu. Respons ini memperkuat
respons yang telah dilakukan oleh organisme.
9
Jadwal reinforcer Skinner
1.Continuous reinforcer ( CRF ), Dalam CRF, setiap
respons ada reinforcer / reward.
2. Fixed interval reinforcer ( FI )
Setiap interval waktu tertentu, secara fix diberi hadiah /
reinforcer. Misalnya, setiap tiga menit, diberi hadiah,
sehingga interval waktunya sebagai berikut : 3 menit
 6 menit  9 menit  12 menit dan seterusnya.
3. Fixed ratio reinforcer (FR), setiap perbandingan yang
fix, diberi hadiah. Misalnya, setiap tiga kali tikus
menekan tombol, diberi hadiah satu. Setiap enam kali
tikus menekan tombol diberi hadiah dua kali lipat,
setiap tikus menekan tombol sembilan kali, diberi
hadiah tiga kali lipat, dan seterusnya.
4. Variabel interval reinforcer ( VI ), pada VI, tiap waktu
bermacam-macam, diberi hadiah.
5. Variabel ratio reinforcer ( CR ), setiap berapa kali tidak
tentu, diberi hadiah. Jadi kadang-kadnag diberi hadiah
dan kadang-kadang tidak diberi hadiah dalam waktu
yang tidak tentu.
Dari berbagai jadwal pemberian reinforcer ini,
ternyata kecepatan berespons paling tinggi, ialah VR,
kemudian FR, selanjutnya VI, berikutnya FI, dan yang
paling tidak cepat ialah CRF.
10
b. Penerapan Teori Skinner dalam belajar
1.Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada
siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang
belajar.
3.Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4.Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan
aktivitas sendiri.
5.Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan
hukuman. Untuk ini lingkungan perlu diubah, untuk
menghindari adanya hukuman.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah,
dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya
jadwal variable rasio reinforcer.
7.Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
3. Teori Belajar Humanistik
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik ialah :
Membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik
dan mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri.
Tokoh penting teori belajar humanistik:
a. Arthur Combs
b. Abraham Maslow
c. Carl Rogers.
11
a. Belajar menurut Arthur Combs
Bahwa dalam memahami perilaku orang kita harus
mencoba memahami dunia persepsi orang
tersebut. Perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain
hanyalah dari ketidakmauan seseorang untuk
melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan
kepuasan baginya.
b. Belajar Menurut Maslow
Asumsi dasar : bahwa manusia memiliki
1. Suatu usaha yang positif untuk berkembang.
2. Kekuatan untuk melawan atau menolak
perkembangan itu(Maslow,1968).
Hirarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan
Estetis
Kebutuhan Untuk Tahu
dan Mengerti
Kebutuhan aktualisasi Diri
Kebutuhan Harga Diri
Kebutuhan Memiliki dan Cinta
Kebutuhan Keamanan
Kebutuhan Jasmaniah
Growth
Need
Deficiency
Need
12
c. Belajar Menurut Rogers
Yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah
pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan
pembelajaran, yaitu :
1.Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar
untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal
yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi
dirinya
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti
mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai
bagian yang yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern
berarti belajar tentang proses
Prinsip-prinsip Dasar Humanistik, Dalam
buku Rogers “Freedom To Learn”
a.Manusia itu mempunyai kemampuan belajar alami.
b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi
pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi
tujuan sendiri.
c. Belajar menyangkut perubahan persepsi mengenai
diri sendiri dianggap mengancam dan cenderung
ditolak.
d. Tugas belajar yang mengancam diri lebih mudah
dirasakan dan diasimilasikan bila ancaman dari luar
itu semakin kecil.
13
e. Bila ancaman terhadap diri siswa rendah,
pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara
dan terjadilah proses belajar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan
melakukannya.
g. Belajar diperlancar dengan melibatkan aktivitas
siswa dan tanggung jawabnya.
h. Belajar atas inisiatif siswa sendiri dan melibatkan
pribadi siswa seutuhnya merupakan cara yang
dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan,
kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa
dibiasakan untuk mawas diri dan mengeritik dirinya
sendiri.
j. Belajar yang paling berguna secara sosial adalah
belajar mengenai proses belajar.