Jumat, 09 Desember 2011

Klasifikasi kebutuhan khusus


Ada beberapa klasifikasi anak dengan problema belajar. Data Departemen Pendidikan Amerika Serikat misalnya, mengelompokkan anak dengan problema belajar (istilah yang digunakan adalah children with special need) menjadi
(1) anak berkesulitan belajar,
(2) gangguan wicara,
(3) retardasi mental,
(4) gangguan emosi,
(5) gangguan fisik dan kesehatan
(6) gangguan pendengaran,
(7) gangguan penglihatan, dan
(8) tuna ganda (Lynch Lewis, 1988).
Sementara itu ahli lain, Ashman dan Elkins (1994), membagi jenis-jenis anak dengan kebutuhan khusus menjadi :
(1) anak berbakat, (8) gangguan fisik
(2) gangguan komunikasi,
(3) berkesulitan belajar,
(4) gangguan emosi dan perilaku,
(5) gangguan penglihatan,
(6) gangguan pendengaran,
(7) gangguan intelektual,

ANAK BERKESULITAN BELAJAR

Kesulitan Belajar - Untuk memperjelas tentang kesulitan belajar dalam rencana penelitian ini, penulis akan memaparkan beberapa pengertian menurut pendapat para ahli sebagai berikut : Kesulitan Belajar Kesulitan belajar yang didefenisikan oleh The United States Office of Education (USOE) yang dikutip oleh Abdurrahman (2003 : 06) menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan. Di samping defenisi tersebut, ada definisi lain yang yang dikemukakan oleh The National Joint Commite for Learning Dissabilites (NJCLD) dalam Abdurrahman (2003 : 07) bahwa kesulitan belajar menunjuk kepada suatu kelompok kesulitan yang didefenisikan dalam bentuk kesulitan nyata dalam kematian dan penggunan kemampuan pendengaran, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang studi biologi Sedangkan menurut Sunarta (1985 : 7) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah “kesulitan yag dialami oleh siswa-siswi dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah dan perubahan tingkahlaku yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang diperoleh sebagaimana teman-teman kelasnya. Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya adalah suatu gejala yang nampak dalam berbagai manivestasi tingkahlaku, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di samping kondisi umum itu, hal lain yang tidak kalah pentingnya diperhatikan adalah kondisi cacat tubuh yang merupakan salah satu penghambat dalam melakukan kegiatan belajar (Dalyono, 1997 : 232) menggolongkan cacat tubuh itu menjadi 2 macam yaitu : Kesulitan Belajar Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pandangan dan gangguan psikomotorik Cacat tubuh serius (tetap) buta, tuli, bisu, hilang ingatan dan kakinya. Kesulitan yang dihadapi dalam belajar Masalah belajar merupakan masalah yang sangat penting bagi siswa dan sangat dianjurkan bahkan menjadi kewajiban bagi setiap umat manusia. Kesulitan yang dialami siswa memerlukan bantuan dari berbagai pihak terutama dari guru bimbingan dan penyuluhan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Menurut Slameto (2003 : 54), faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar ada dua, yaitu : 1. Faktor intern Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam individu yang sedang belajar. Dalam membicarakan faktor intern ini, penulis akan membahasnya menjadi 2 faktor, yaitu faktor fisilogis dan faktor psikologis. a. Faktor Fisiologis Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berperan terhadap kemampuan bagi seseorang, anak yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda belajarnya dengan anak yang ada dalam kelelahan. Anak-anak yang kurang gizi akan mudah cepat lelah, mudah mengantuk sehingga dalam kegiatan belajarnya mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. b. Faktor Psikologis Adapun yang termasuk faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar antara lain adalah inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan (Slameto, 1999 : 55) Perhatian - Menurut al-Ghazali (2001) dalam Slameto (2003) bahwa perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal (objek) atau sekumpulan obyek. Bakat - Menurut Hilgard dalam Slameto (2003) bahwa bakat adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih. Kemudian menurut Muhibbin (2003) bahwa bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Minat - Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (1996) bahwa minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi. Motivasi - Menurut Slameto (2003) bahwa motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya. Jadi, dari pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa motivasi siswa dalam proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam menerima suatu mata pelajaran dengan baik. 2. Faktor ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu : Kesulitan Belajar Keluarga, yang meliputi cara orang mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Sekolah, yang meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Masyarakat, yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu : Kesulitan Belajar Pengumpulan data - Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi sehingga perlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut pengumpulan data. Pengolahan data - Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya jika tidak diadakan pengolahan secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak. Diagnosis, merupakan keputusan mengenai hasil dari pengolahan data. Prognosis, merupakan aktivitas penyusunan rencana/program yang diharapkan dapt membantu mengatasi masalah kesulitan belajar anak didik. Perlakuan, yang merupakan pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut. Evaluasi, dimaksudkan untuk mengetahui apakah perlakuan yang telah diberikan berhasil dengan baik, artinya ada kemampuan atau bahkan gagal sama sekali. (Ahmadi dan Widodo, 2000: 96) Kesulitan Belajar.

sumber : http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/08/pengertian-kesulitan-belajar.html

Anak dengan gangguan- gangguan belajar


Dumont memberikan definisi sebagai : “Gangguan belajar adalah penyimpangan- penyimpangan dalam proses belajar yang berhubungan dengan diskrepansi yang signifikan antara kemampuan yang diperkirakan utuk bahasa dan berfikir dengan tingkat prestasi yang nyata dalam bahasa dan berfikir”.
Lepas dari kesukaran- kesukaran dan gangguan yang timbul karena kerusakan otak, maka perlu sekali demia kepentingan psikologis dan pendidikan, untuk lebih dapat mengenal gangguan- gangguan belajar tadi yang disebabkan oleh factor- factor motivasional atau factor- factor sosialisasi. Hal ini terutama berkenaan dengan gangguan bahasa, gangguan membaca dan menulis.

Sumber : buku psikologi perkembangan, Prof. DR. F. J. Monks dan teman- teman

anak-anak muda dengan kebutuhan khusus


Semua anak membutuhkan kesempatan untuk menemukan dan secara aktif menjelajahi dunia di sekitar mereka. Namun, untuk anak-anak muda dengan kebutuhan khusus, bermain sering terbatas. ”Orang tua mereka mengatakan bahwa mereka akan senang membantu struktur kebutuhan beberapa kegiatan khusus dan menarik memilih mainan anak-anak mereka dapat bermain dengan berhasil. "
Jangan pasrah dengan sikap anak. Anda bisa mendorong kepercayaan diri anak dan menyemangatinya saat anak merasa gagal. Semakin tinggi rasa percaya diri anak maka semakin mudah anak menghadapi tantangan dalam hidupnya terutama untuk anak berkebutuhan khusus. Tak ada anak yang menolak diberi pujian terutama saat anak telah berhasil mengerjakan pekerjaannya dengan baik dan bersikap positif. Sedangkan, pada anak berkebutuhan khusus, pujian menjadi minim karena anak seringkali bersikap tidak pada tempatnya. Psikolog perkembangan anak dari Developmental Pediatrician of New Hyde Park, New York, Kate Rauch, mengatakan standar pujian pada anak umumnya berbeda dengan anak berkebutuhan khusus. Berikan pujian saat anak berhasil melakukan hal-hal yang sederhana, misalnya anak bertahan duduk di meja makan selagi menghabiskan sarapannya. Hindari terfokus hanya pada perilaku buruk anak. Sebaiknya sesuaikan pandangan Anda dengan kemampuan anak.
Kesuksesan tidak akan didapat jika anak tidak pernah diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Bantu anak menemukan minatnya. Jauhkan kekhawatiran Anda bahwa anak akan mengalami pengalaman yang buruk. Berikan anak kepercayaan untuk mencoba hal yang diminati, misalnya Anda mendaftarkan anak bergabung dalam tim sepak bola, namun anak lebih mahir berenang dibandingkan bermain sepak bola. Mungkin anak sulit mengikuti permainan yang terdiri dari banyak anggota. Izinkan anak meningkatkan kemampuannya di olahraga renang. "Orangtua perlu bersikap realistis dalam menaruh harapannya pada anak, dan membuka mata pada potensi anak lalu bantu anak mengembangkannya," ujar Helen Neville, parent educator di Rumah Sakit Kaiser, Oakland, California.

Program terapi anak-anak special needs


Program terapi anak-anak special needs bukan suatu program yang singkat. Secara akademik materi dalam metode ini tekah mencakup perilaku, sosialisasi, dan akademik sebagai persiapan masuk ke sekolah reguler. Jadi apabila anak mampu me¬ng¬uasai seluruh materi dari dasar, inter¬mediate, dan advanced dari metode tersebut, maka anak siap masuk sekolah reguler. Tetapi bukan berarti tugas kita selesai. Mereka tetap perlu dipantau dan diberi arahan menghadapi lingkungan baru.
Sekali lagi sengat perlu dipahami oleh para orang tua bahwa terapi harus dimulai sedini mungkin se¬belum usia 5 tahun. Perkembangan paling pesat dari otak manusia terjadi pada usia sebelum usia 5 tahun. Pun¬caknya terjadi pada usia 2-3 tahun. Oleh karena itu penatalaksanaan terapi setelah usia 5 tahun hasilnya berjalan lebih lam¬bat. Se¬kalipun demilian tidak ada pilihan lain, anak usia lebih dari 5 tahun tetap perlu diterapi perilakunya (Premitawati, 2005).

Penyebab anak sukar di didik


Penyebab anak sukar di didik

Penyebab sukar di didik tidak dapat hanya dicari dari penelantaran afektif saja. Karena dari itu tidak dapat di sembuhkan melalui cara- cara psikoanalisa yang mencoba menghilangi kompleks- kompleksnya (keinginan yang terdesak). Begitu juga metode- metode non- direktif tidak ada hasilnya, kerna metode ini selalu mendasarkan diri pada “aku” yang harus berfungsi baik, yang timbul karena persepsi- persepsi dan nilai- nilai “aku” secara sadar padahal justru fungsi- fungsi aku anak- anak tersebut ada dalam keadaan sangat terganggu.
Aichhorn (1957) berpendapat bahwa keadaan sukar di didik berhubungan dengan bentuk “Verwahrlosung” yang lebih mendalam, dalam arti menolak apa yang dianggap benar oleh keliling, menolak norma- norma social dan masyarakat. Mereka melakukan itu secara tidak sadar, melainkan impuls- impuls dari dalam. Mereka tidak merasakannya sebagai suatu problem. Mereka melakukan tingkah laku anti social tanpa perasaan bersalah.
Sumber : buku psikologi perkembangan, Prof. DR. F. J. Monks dan teman- teman

MENGEMBANGKAN CARA BERPIKIR POSITIF


Kita semakin menyadari sekarang jika berpikir positif dan berhenti mengkhawatirkan segala sesuatu adalah sesuatu yang penting kita lakukan dalam meraih suatu kerberhasilan, baik untuk menjadi pemimpin atau saat kita memimpin. Oleh karena itu, latihlah diri Anda untuk terus berpikir positif.

Berikut ini ada beberapa tips untuk mengembangkan cara berpikir positif.

a. Selalu gunakan kata-kata yang positif saat Anda berpikir dan berbicara. Gunakan kata-kata seperti "Tuhan pasti memampukanku", "Dengan pertolongan Tuhan, aku pasti bisa melakukannya", dll..

b. Biarkan pikiran Anda dipenuhi dengan kebahagiaan, kekuatan, dan keberhasilan. Apa pun situasi yang Anda hadapi, carilah dan isilah pikiran Anda dengan sisi positif dari situasi tersebut. Dalam segala sesuatu, sisi positif dan negatif selalu ada. Seburuk apa pun situasi yang Anda alami, pasti ada sisi positif yang terkandung dalam situasi itu. Mungkin sulit untuk melihat sisi positif dari apa yang Anda alami, tapi cobalah lihat lebih dalam, sisi positif itu pasti ada.

c. Cobalah untuk menghilangkan dan mengabaikan pikiran yang negatif. Gantikan pikiran yang negatif dengan pikiran-pikiran yang membangun. Ganti pikiran: "saya tidak bisa melakukan hal ini" dengan "saya bisa melakukan hal ini dengan lebih baik setiap saat saya memohon penyertaan Tuhan dan mencoba melakukannya".

d. Sebelum melakukan sesuatu, jangan bayangkan sebuah kegagalan, tapi bayangkanlah keberhasilan yang Anda akan dapat setelah melakukan sesuatu hal tersebut. Jika Anda membayangkannya dengan sungguh-sungguh dan penuh iman, Anda akan terheran-heran dengan apa yang terjadi nantinya.

e. Cobalah untuk tidak memikirkan sesuatu secara berlebihan. Sering kali kita terjebak untuk terlalu banyak berpikir dan menghabiskan banyak waktu untuk menimbang-nimbang atau memikirkan apa yang orang lain mungkin pikirkan tentang diri kita. Hal itu akan membuat Anda tidak bisa mengeluarkan kemampuan terbaik Anda.

f. Penuhi pikiran Anda dengan talenta-talenta anugerah Tuhan yang Anda miliki. Jangan biarkan pikiran Anda dipenuhi dengan kelemahan-kelemahan yang mungkin Anda miliki. Dengan memikirkan setiap talenta yang Anda miliki, nantinya Anda akan semakin mengenali kemampuan Anda yang membedakan Anda dari orang lain. Jadikan cara berpikir yang demikian itu sebagai topi Anda. Jangan pakai "topi pikiran negatif".

g. Bergaullah dengan orang-orang yang berpikir positif. Pikiran yang positif itu seperti penyakit menular. Jika Anda berada di dekat orang-orang yang pikirannya dipenuhi kebahagiaan dan keoptimisan, Anda akan secara otomatis dipengaruhi oleh cara berpikir mereka yang positif.

h. Bacalah buku-buku yang membangkitkan inspirasi -- setidaknya satu halaman setiap harinya. Buku-buku inspiratif seperti itu akan membantu Anda untuk dapat berpikir positif.

i. Biasakan untuk selalu duduk dan berjalan dengan punggung tegak. Kebiasaan seperti itu akan membantu meningkatkan rasa percaya diri dan kekuatan yang ada dalam diri Anda.

j. Berjalan, berenang, atau berolahragalah. Hal-hal tersebut akan membantu Anda untuk mengembangkan pikiran dan sikap yang lebih positif.

sumber :
http://sabda.org/lead/mengembangkan_cara_berpikir_positif

emosi


Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu.Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan kerika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.
Kata "emosi" diturunkan dari kata bahasa Perancis, émotion, dari émouvoir, 'kegembiraan' dari bahasa Latin emovere, dari e- (varian eks-) 'luar' dan movere 'bergerak'. Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu daripada suasana hati. Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar, manusia akan merasa marah. Perasaan intens kemarahan tersebut mungkin datang dan pergi dengan cukup cepat tetapi ketika sedang dalam suasana hati yang buruk, seseorang dapat merasa tidak enak untuk beberapa jam.

Kerja emosional adalah situasi saat seorang karyawan mengekspresikan emosi-emosi yang diinginkan secara organisasional selama transaksi antarpersonal di tempat kerja. Konsep kerja emosional muncul dari penelitian-penelitian atas pekerjaan terkait pelayanan, contohnya sebuah maskapai penerbangan mengharapkan pramugari mereka untuk gembira.Tetapi kerja emosional dapat relevan untuk semua jenis pekerjaan. Sebagai contoh, seorang manajer mengharapkan bawahannya untuk bersikap sopan dalam interaksi dengan rekan-rekan kerja. Tantangan sebenanrnya adalah ketika para karyawan harus menunjukkan satu emosi sementara pada saat yang bersamaan mengalami emosi yang lain. Perbedaan ini disebut disonansi emosional. Jika dibiarkan, perasaan terkungkung dari frustasi, kemarahan, dan kebencian akhirnya dapat menyebabkan kelelahan emosional dan kejatuhan mental.

sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Emosi

MENINGKATKAN PENGHARGAAN DIRI


Jangan merendahkan dirimu sendiri ketika segala sesuatu tidak berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Menignkatkan penghargaan diri membutuhkan upaya, tapi kamu bisa melakukannya kalau kamu serius ingin menjadi lebih baik.
Ini dia beberapa strategi yang bisa menjadikanmu merasa lebih mantap terhadap dirimu sendiri, yaitu:

a. Data lah keunggulan atau kekurangan yang kamu miliki
Ambil selembar kertas, lalu buatlah 2 kolom. Disisi sebelah kiri tulis sebuah topic dengan judul “yang kusukai dari DIRIKU” dan pada sisi kanan tulis “yang tidak kusukai dari DIRIKU”. Lalu isilah kolom-kolom tersebut.
Ini adalah cara yang bagus untuk mengetahui seberapa banyak kebajikan yang benar-benar kamu lakukan. Ini penilaian pribadimu. Setiap malam lihat kembali apa yang sudah kamu lakukan pada hari itu, puji dirimu sendiri atas prestasimu dan berjanjilah untuk lebih meningkatkan lainnya.

b. Belajarlah menjadi lebih tegas
Bersikap tegas akan membantumu mendaptkan apa yang kamu inginkan tanpa menyakiti orang lain atau menarik perhatian. Ketegasan itu baik untuk penghargaan dirimu sendiri, kamu akan menunjukan dirimu secara positive.

Kiat-kiat untuk menjadi tegas :
- Tatap orang lain, kontak mata menunjukan keyakinan diri itu menjukan ketertarikan dan bahwa kamu memperhatikan (jangan melihat secara terus-menerus).
- Gunakan keterampilan bicaramu, ukurlah seberapa keras atau lunak nada bicaramu, dan intonasi seperti apa yang kamu gunakan untuk ungkapkan perasaanmu.
- Gunakan bahasa tubuh yang sesuai. Ketika berbicara dengan orang lain, berdiri atau duduklah dengan tegak (bukan kaku). Berdirilah cukup dekat dengan lawan bicaramu supaya kamu merasa nyaman.
- Gunakan ekspresi wajah yang sesuai

c. Belajar lah mengatakan hal-hal yang positif kepada dirimu sendiri
Ini langkah penting menuj pelejitan harga diri yang sehat. Belaja untuk menyemangati diri sendiri harus membungkam bisikan negative. Katakana hal-hal positif pada dirimu sendiri, dan katakan berulang- ulang.

d. Tatapkan diri menuju sukses
Tetapkan sasaran realistis sederhana yang bisa kamu wujudkan. Apapun sasaran yang kamu pilih tetapkan dirimu untuk meraih sukses. Sedikit demi sedikit, kemenangan kecil ini bakal melejitkan rasa percaya dirimu. Sesudah kamu mencapai satu sasaran, tambah lagi satu sasaran. Buatlah yang lebih sulit. Kamu bakal tercengang dengan banyak nya hal yang bisa kamu capai.

e. Bertanggung jawablah terhadap perilakumu
Jangan menyalahkan orang lain. Kamu bertanggung jawab terhadap perilaku mu yang baik dan yang buruk. Kalau kamu membuat kesalahan, koreksilah. Kalau perlu minta maaf, tanyakan pada dirimu sendiri kenapa kamu melakukan hal tersebut, lalu yakinkan bahwa kamu tidak akan jatuh ke dalam lubang yang sama kedua kalinya.

Karya :
-Ron Herron and Val J. Peter -

Extinction (Pemadaman)


Extinction (Pemadaman)

Extinction merupakan suatu cara untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dengan menghilangkan reinforcement yang mengikuti perilaku yang tidak diinginkan tersebut.
Sebagai contoh, seseorang mengaku seringkali sakit kepala. Setelah dikaji, ternyata ketika ia mengeluhkan sakit kepala, ia mendapat perhatian dari orang lain, sehingga keluhan sakit kepalanya selalu meningkat. Karenanya jika ia mengeluh sakit kepala, orang-orang sekelilingnya berusaha untuk tidak memberinya perhatian, dengan demikian, perilaku mengeluhkan sakit kepalanya berkurang.
Contoh lainnya, ketika seseorang menekan tombol mesin minuman, maka minuman kaleng akan keluar. Suatu ketika mesinnya rusak, seseorang menekan tombol mesin tetapi minuman tidak keluar. Ia akan menekan tombol mesin dengan lebih keras dan lebih sering lagi. Minuman kaleng tetap tidak keluar, sehingga lama-kelamaan ia tidak lagi menekan tombol mesin minuman tersebut.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Extinction
1. Controlling Reinforcers for the Behavior That Is to Be Decrease
Mengontrol reinforcer pada perilaku yang ingin diubah. Reinforcer diperoleh dari orang lain atau dari lingkungan tempat individu tinggal. Sebagai contoh, setiap orang yang berhubungan dengan klien, harus secara konsisten menerapkan extinction, sebagai contoh seorang anak yang meminta popcorn untuk dimakan sambil menonton TV. Ibu mengabaikannya, sehingga anak berhenti menangis dan meminta. Tetapi beberapa waktu kemudian, ayahnya pulang dan mengambilkan popcorn, maka kelak anak akan menangis kembali ketika meminta popcorn.
2. Extinction of a Behavior Combined with Positive Reinforcement for an Alternative Behavior
Pada perilaku-perilaku tertentu, jika extinction dikombinasikan dengan positive reinforcement, akan memberi efek yang lebih cepat dalam mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan. Sebagai contoh seorang ibu mengabaikan rengekan anaknya ketika meminta es krim, setelah rengekannya tidak terdengar lagi, maka segera berikan positive reinforcement berupa pujian. Interval waktu dari perilaku ke positive reinforcement bisa semakin lebar. Misal diberikan pujian setelah rengekan berhenti selama 5 detik meningkat sampai 25 detik.
3. The Setting in Which Extinction is Carried Out
Perubahan setting (tempat diterapkannya program extinction) dilakukan untuk meminimalisir reinforcer yang mungkin diberikan oleh orang lain. Selain itu juga memaksimalkan peran behavior modifier terhadap program.
4. Instructions : Make Use of Rules
Berikan penjelasan. Sebagai contoh, ketika setiap hari ketika suami pulang bekerja ia selalu komplain tentang kemacetan. Istri mengatakan bahwa kemacetan sepulang kerja akan tetap sama setiap harinya dan ia juga mengatakan bahwa ia sebenarnya senang berbincang dengan suaminya, namun jika suaminya komplain tentang kemacetan, maka ia akan mengabaikannya. Walaupun memerlukan lebih dari 1 kali percobaan, komplain suami tentang kemacetan akan berkurang.
5. Extinction May Be Quicker After Continuous Reinforcement
Extinction memiliki efek yang lebih cepat jika diikuti oleh reinforcement yang berkesinambungan.
6. Behavior Being Extinguished May Get Worse Before It Gets Better
Selama extinction diterapkan, bisa jadi perilaku yang tidak dinginkan semakin parah sebelum berkurang. Hal ini dinamakan extinction burst. Misal ketika seseorang menekan tombol mesin minuman, maka minuman kaleng akan keluar. Suatu ketika mesinnya rusak, seseorang menekan tombol mesin tetapi minuman tidak keluar. Ia akan menekan tombol mesin dengan lebih keras dan lebih sering lagi. Minuman kaleng tetap tidak keluar, sehingga lama-kelamaan ia tidak lagi menekan tombol mesin minuman tersebut. Karenanya penting untuk diketahui oleh behavior modifier, jangan sampai ia menyerah karena melihat perilaku yang tidak diinginkan justru semakin parah, namun jika diperkirakan extinction burst akan membahayakan, maka tidak usah menggunakan program extinction.
7. Extinction May Produce Aggression That Interferes With The Program
Kesulitan lain dari program extinction adalah dapat menimbulkan egresivitas. Sebagai contoh ketika mesin minuman tidak mengeluarkan minuman, maka mungkin bisa saja kita menendang atau memukul mesin tersebut. Penelitian memperlihatkan bahwa exticntion lebih banyak menimbulkan agresivitas jika tidak dibarengi dengan pemberian reinforcement positif.
8. Extinguished Behavior May Reappear After a Delay
Perilaku yang sudah hilang pada saat program extinction, bisa jadi muncul kembali setelah beberapa waktu. Biasa disebut dengan spontaneous recovery. Biasanya spontaneous recovery lebih sedikit terjadi daripada perilaku yang tidak diinginkan ketika dalam program extinction.

Guidelines For The Effective Application of Extinction :

1. Memilih perilaku yang akan dikurangi
a. Perilaku harus spesifik, misal dari perilaku mengganggu, perilaku mana yang akan di terapkan extinction.
b. Ingat extinction burst dan agresivitas yang mungkin timbul selama program berlangsung.
c. Pilih perilaku dan perhatikan reinforcement yang mempertahankan perilaku tersebut.

2. Pertimbangan awal
a. Pencatatan perilaku
b. Identifikasi reinforcement yang mempengaruhi perilaku
c. Identifikasi perilaku yang diinginkan
d. Identifikasi reinforcer yang dapat diberikan untuk perilaku yang diinginkan
e. Pilih setting dimana program dapat sukses
f. Yakinlah situasi akan mendukung

3. Pelaksanaan rencana
a. Beritahu klien mengenai rencana sebelum dimulai
b. Gunakan positive reinforcement
c. Konsisten

4. Sapih klien dari program (menghentikan program)
a. Ketika perilaku yang tidak diinginkan sudah hilang, waspada dengan kekambuhan perilaku tersebut.
b. Alasan yang mungkin mengagalkan program :
1) Perilaku yang diinginkan tidak diperkuat secara konsisten
2) Perilaku yang tidak diinginkan mendapat penguatan dari pihak lain
c. Memberikan reinforcement pada perilaku yang diinginkan

DOWN SYNDROME


Sindrom down (bahasa Inggris: down syndrome) merupakan kelainan kromosom yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongolia maka sering juga dikenal dengan Mongoloid. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali syndrome ini dengan istilah sindrom down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama.
Sindrom down merupakan kelainan kromosom yakni terbentuknya kromosom 21 (trisomy 21), Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down.

Optimalisasi kecerdasan emosional anak tunagrahita


Sangat dipahami oleh semua pendidik bahwa anak tunagrahita memiliki IQ jauh di bawah rata-rata normal. Karena IQ di bawah rata- rata inilah mereka dikelompokkan sebagai anak tunagrahita. Treatment yang diberikan kepada anak tunagrahita lebih di fokuskan pada life skill dan kemampuan merawat diri. 70% muatan Pendidikan bagi anak tunagrahita difokuskan pada kedua hal tersebut, selebihnya muatan- muatan akademik tetap diberikan untuk melengkapi kebutuhan hidupnya.
Tuntutan keberhasilan akademik memang bukan murni milik anak tungrahita. Di luar sana, masih ditemukan bagaimana orangtua yang tidak memiliki anak berkebutuhan khusus secara gencar memaksa anak-anak mereka untuk memiliki kemampuan akademik di atas standar kelas. Asumsi yang berkembang bahwa anak- anak akan memiliki kesuksesan hidup jika nilai-nilai akademik mereka tinggi.
Menurut Secapramana memberikan catatan penting untuk dicermati, bahwa kecerdasan akademik sedikit kaitannya dengan kehidupan emosional. Terdapat pemikiran bahwa IQ menyumbang paling banyak 20% bagi sukses dalam hidup, sedangkan 80% ditentukkan oleh factor lain. Kecerdasan akademis praktis tidak menawarkan persiapan untuk menghadapi gejolak atau kesempatan yang ditimbulkan oleh kesulitan- kesulitan hidup. IQ yang tinggi tidak menjamin kesejahteraan, gengsi, atau kebahagian hidup.

PENDIDIKAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA

Tuna grahita membutuhkan pengajaran yang lebih atau ekstra dibanding anak- anak normal lainnya. Ada sekolah khusus yang biasa disebut SLB (Sekolah Luar Biasa). Biasanya anak Tunagrahita tersebut di tes terlebih dahulu agar dapat di ketahui klasifiksi termasuk Tunagrahita ringan, sedang, ataupun berat. Sehingga akan mendapatkan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan mengalami kelainan (fisik, mental- intelektual, sosial, emosional) dalam proses perkembangannya dibandingkan dengan anak- anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

Proses pembelajaran untuk anak tunagrahita harus dilakukan secara intensif karena mereka sangat memerlukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan mereka. Secara umum keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh beberapa komponen. Komponen tersebut dapat berasal dari guru, siswa, sarana prasarana, kurikulum, dan lain- lain. Komponen- komponen ini akan saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Guru tanpa siswa tidak akan terjadi proses pembelajaran, demikian juga siswa tanpa komponen yang lain tidak mungkin terjadi proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan bagian yang paling pokok dalam kegiatan pendidikan di sekolah. Pembelajaran adalah interaksi timbal balik antara siwa dengan guru dan antar sesama dalam proses pembelajaran. Pengertian interaksi mengandung unsur saling memberi dan menerima.

Kajian teori dalam proses pembelajaran :

a. Teori Motivasi
Guru harus senantiasa memberikan motivasi kepada siswa agar memiliki gairah dan semangat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar- mengajar. Dan memberikan reward kepada siswa yang berbakat.
b. Teori Belajar dan Tingkah Laku
Dalam kegiatan belajar- mengajar, guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu mengoptimalkan interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan siswa dan lingkungan, serta interaksi banyak arah.

c. Teori Kognitif
Sesuatu yang dipelajari siswa tergantung pada apa yang diketahui dari masing- masing siswa dan bagaimana informasi baru diproses.

sumber : http://annesdecha.blogspot.com

KARAKTERISTIK ANAK TUNAGRAHITA

KARAKTERISTIK ANAK TUNAGRAHITA

Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan diatas, maka anak tunagrahita memiliki karakteristik tersendiri pada segi tingkah laku, emosi dan sosialnya, cara belajarnya dan kesehatan pada fisikya. Untuk karakteristik tersebut, setiap anak tunagrahita memiliki karakteristik yang berada sesuai dengan tingkat kekurangannya. Secara umum karakteristik tersebut dapat digeneralkan ke dalam :

1. Segi Intelektualnya

• anak tunagrahita mampu mengetahui atau menyadari situasi, benda-benda dan orang disekitarnya, namun mereka tidak mampu memahami keberadaan dirinya. Hal tersebut disebabkan oleh faktor bahasa yang manjaadi hambatan, dikarenakan mereka pada umunya sulit untuk mengatakan atau menyampaikan kata yang sesuai dengan keadaan yang diinginkannya.
• Mereka berkesulitan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, tidak mampu membuat suatu rencana bagi dirinya, dan anak tersebut pun sulit untuk memilih alternatif pilihan yang berbeda.
• Mereka sulit sekali untuk menuliskan simbol-angka, sehingga secara umum mereka memiliki ksulitan dalam bidang membaca, menulis dan berhitung.
• Kemampuan belajar anak tunagrahita terbatas. Mereka mengalami kesulitan yang berarti dalam pengetahuan yang bersifat konsep dan dalam menempatkan dirinya dengan keadaan situasi lingkungannya.





2. Segi Tingkah Laku (Perilaku Adaptif)

• Perkembangan anak tunagrahita lamban. sulit mempelajari sikap tertentu, bahkan sulit melakukan pekerjaan yang ditugaskan walaupun tugas tersebut bagi orang normal sangat sederhana.
• Faktor kognitif merupakan hal yang sulit bagi anak tersebut, khususnya yang berkenaan dengan perhatian dengan atau konsentrasi, ingatan, berbicara dengan bahasa yang benar, dan dalam kemampuan akademiknya.
• Anak tunagrahita seringkali merasakan ketidakmampuan dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang diberikan padanya, karena seringnya melakukan kesalahan-kesalahan pada saat melakukannya.
• Mereka pada umunya kurang percaya diri dan seringkali menggantungkan bimbingan atau bantuan orang lain, atau dengan kata lain rasa kemampuan dirinya kurang. Mereka juga seringkali sulit dalam memilih lingkungan pergaulan yang baik, sehingga mudah terjerumus pada hal-hal yang bersifat negatif.

Jadi dari karakteristik diatas, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita itu memiliki kekurangan di dalam :

• Melakukan koordinasi gerak dan sensorinya,
• Rendahnya rasa toleransi,
• Kemampuan untuk memahami konsep-konsep yang bersifat akademik,
• Memusakan perhatian,
• Kesulitan dalam bahasa,
• Kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan dan melakukan pekerjaan

sumber : www.wikipedia.com
              http://annesdecha.blogspot.com

PENYEBAB TUNAGRAHITA


Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita. Para ahli dari berbagai ilmu telah berusaha membagi faktor-faktor penyebab ini diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Faktor keturunan
Adanya kelainan kromosom baik autosom (mempunyai kromosom 3 ekor pada kromosom nomor 21 sehingga anak mengalami Langdon Down’s S yndrome dan pada trisomi kromosom nomor 15 anak akan menderita Patau’s Syndrome dengan cicri-ciri berkepala kecil, mata kecil, berkuping aneh, sumbing, dan kantung empedu yang besar . Adanya kegagalan meiosis sehingga menimbulkan duplikasi dan translokasi) maupun kelainan pada gonosom (gonosom yang seharusnya XY, karena kegagalan menjadi XXY atau XXXY. Ciri yang menonjol adalah nampak laki-laki dan tunagrahita. Setelah mencapai masa puber tubuhnya menjadi panjang, gayanya mirip wanita, berpayudara besar).

b. Gangguan metabolisme dan Gizi
Metabolisme dan gizi merupakan hal yang penting bagi perkembangan individu terutama perkembangan sel-sel otak. Beberapa kelainan yang disebabkan oleh kegagalan metabolisme dan kekurangan gizi diantaranya adalah sebagai berikut:

• Phenylketonuria
Salah satu akibat gangguan metabolisme asam amino juga kelainan gerakan enzym phenylalanine hydroxide. Gejala umum yang nampak adalah tunagrahita, kekurangan pigmen, microcephaly, serta kelainan tingkah laku.
• Cretinisme
Disebabkan oleh keadaan hypohyroidism kronik yang terjadi selama masa janin atau segera setelah melahirkan. Berat ringan kelainan tergantung pada tingkat kekurangan thyroxin. Gejala utama yang tampak adalah adanya ketidaknormalan fisik yang khas dan ketunagrahitaan dan awal gejalanya dengan kurangnya nafsu makan, anak menjadi sangat pendiam, jarang tersenyum dan tidur yang berlebihan.

c. Infeksi dan keracunan
Adanya infeksi dan keracunan terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih berada dalam kandungan ibunya yang menyebabkan anak lahir menjadi tunagrahita.

• Rubella
Penyakit ini menjangkiti ibu pada dua belas minggu pertama kehamilan. Selain tunagrahita, ketidaknormalan yang disebabkan penyakit ini adalah kelainan pendengaran, penyakit jantung bawaan, berat badan yang sangat rendah pada waktu lahir dan lain-lain.
• Syphilis bawaan
Kondisi bayi yang terkena Syphilis adalah kesulitan pendengaran, hidungnya tampak seperti hidung kuda.
• Syndrome Gravidity Beracun
Ketunagrahitaan yang timbul dari Syndrome Gravidity Beracun terjadi pada sebagian bayi yang lahir prematur, kerusakan janin yang disebabkan oleh zat beracun, dan berkurangnya aliran darah pada rahim dan plasenta

d. Trauma dan zat radioaktif
Trauma otak yang terjadi dikepala dapat menimbulkan pendarahan intracranial terjadinya kecacatan pada otak. Ini biasanya disebabkan karena kelahiran yang sulit sehingga memerlukan alat bantu (tang). Selain itu penyinaran atau radiasi sinar X selama bayi dalam kandungan mengakibatkan cacat mental microcephaly.

e. Masalah pada kelahiran
Adanya kelahiran yang disertai hypoxia (kejang dan nafas pendek) dipastikan bahwa bayi yang akan dilahirkan menderita kerusakan otak.

f. Faktor lingkungan
Latar belakang pendidikan orang tua sering juga dihubngkan dengan masalah-masalah perkembangan. Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan dini serta kurangnya pengetahuan dalam memberikan rangsang-rangsang positif dalam masa perkembangan anak dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya gangguan atau hambatan dalam perkembangan anak. Kurangnya kontak pribadi dangan anak, misalnya dengan tidak mengajaknya berbicara, tersenyum, bermain yang mengakibatkan timbulnya sikap tegang, dingin dan menutup diri. Kondisi demikian akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan anak baik fisik maupun mental intelektualnya.

sumber : http://annesdecha.blogspot.com

KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA


Anak Tunagrahita terdiri atas beberapa klasifikasi, yaitu :

1. Tunagrahita Ringan

Anak yang tergolong dalam Tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan kemampuan. Mereka mampu dididik dan dilatih. Misalnya, membaca, menulis, berhitung, menggambar, bahkan menjahit. Tunagrahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi, selain itu kondisi fisik mereka juga tidak terlihat begitu mencolok. Mereka mampu mengurus dirinya sendiri untuk berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra, mereka hanya perlu terus dilatih dan dididik.

2. Tunagrahita Sedang

Tidak jauh berbeda dengan anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun mampu untuk diajak berkomunikasi. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir dalam menulis, membaca, dan berhitung. Tetapi, mereka paham untuk menjawab pertanyan dari orang lain, contohnya, ia tahu siapa namanya, alamat rumah, umur, nama orangtuanya, ,ereka akan mampu menjawab dengan jelas. Sedikit perhatian dan pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan social anak tunagrahita sedang.

3. Tunagrahita Berat

Anak tunagrahita berat dapat disebut juga Idiot. Karena dalam kegiatan sehari- harinya membutuhkan pengawasan, perhatian, bahkan pelayananyang maksimal. Mereka tidak dapat mengurus dirinya sendiri. Asumsi anak tunagrahita sama dengan idiot tepat digunakan jika anak tunagrahita tergolong dalam tunagrahita berat.