Minggu, 01 Januari 2012

faktor kesulitan belajar menurut Cooney, Davis & Henderson


Para ahli seperti Cooney, Davis &
Henderson (1975) telah mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab kesulitan
tersebut, di antaranya:
1. FAKTOR FISIOLOGIS
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait
dengan kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun bagian-bagian
tubuh lain. Para guru harus menyadari bahwa hal yang paling berperan
pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf dalam
menerima, memroses, menyimpan, ataupun memunculkan kembali
informasi yang sudah disimpan. Kalau ada bagian yang tidak beres pada
bagian tertentu dari otak seorang siswa, maka dengan sendirinya si siswa
akan mengalami kesulitan belajar. Bayangkan kalau sistem syaraf atau otak
anak kita karena sesuatu dan lain hal kurang berfungsi secara sempurna.
Akibatnya ia akan mengalami hambatan ketika belajar. Di samping itu,
siswa yang sakit-sakitan, tidak makan pagi, kurang baik pendengaran,
penglihatan ataupun pengucapannya sedikit banyak akan menghadapi
kesulitan belajar. Untuk menghindari hal tersebut dan untuk membantu
siswanya, seorang guru hendaknya memperhatikan hal-hal yang berkait
dengan kesulitan siswa ini. Seorang siswa dengan pendengaran ataupun
penglihatan yang kurang baik, sebaiknya menempati tempat di bagian
depan. Untuk para orang tua, terutama ibu, makanan selama masa
kehamilan akan sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik
putra-putrinya . Makanan yang dapat membantu pertumbuhan otak dan
sistem syaraf bayi yang masih di dalam kandungan haruslah menjadi
perhatian para orang tua.

2. FAKTOR SOSIAL
Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika orang tua dan
masyarakat sekeliling sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kegiatan
belajar dan kecerdasan siswa sebagaimana ada yang menyatakan bahwa
sekolah adalah cerminan masyarakat dan anak adalah gambaran orang
tuanya. Oleh karena itu ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajar
yang berkait dengan sikap dan keadaan keluarga serta masyarakat
sekeliling yang kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar sepenuh
hati. Sebagai contoh, orang tua yang sering menyatakan bahwa Bahasa
Inggris adalah bahasa setan (karena sulit) akan dapat menurunkan
kemauan anaknya unutuk belajar bahasa pergaulan internasional itu. Kalau
ia tidak menguasai bahan tersebut ia akan mengatakan “ Ah Bapak saya
tidak bisa juga.” Untuk itu, setiap guru tidak seharusnya menyatakan
sulitnya mata pelajaran tertentu di depan siswanya. Tetangga yang
mengatakan sekolah tidak penting karena banyak sarjana menganggur,
masyarakat yang selalu minum-minuman keras dan melawan hukum, orang
tua yang selalu marah, nonton TV setiap saat, tidak terbuka ataupun
kurang menyayangi anaknya dengan sepenuh hati dapat merupakan contoh
dari beberapa faktor sosial yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa.
Intinya, lingkungan di sekitar siswa harus dapat membantu mereka untuk
belajar semaksimal mungkin selama mereka belajar di sekolah. Dengan
cara seperti ini, lingkungan dan sekolah akan membantu para siswa,
harapan bangsa ini untuk berkembang dan bertumbuh menjadi lebih
cerdas. Siswa dengan kemampuan cukup seharusnya dapat dikembangkan
menjadi siswa berkemampuan baik, yang berkemampuan kurang dapat
dikembangkan menjadi berkemampuan cukup. Sekali lagi, orang tua, guru,
dan masyarakat, secara sengaja atau tidak sengaja, dapat menyebabkan
kesulitan bagi siswa. Karenanya, peran orang tua dan guru dalam
membentengi para siswa dari pengaruh negatif masyarakat sekitar, di
samping perannya dalam memotivasi para siswa untuk tetap belajar
menjadi sangat menentukan.

3. FAKTOR KEJIWAAN
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait
dengan kurang mendukungnya perasaan hati (emosi) siswa unutuk belajar
secara sungguh-sungguh. Sebagai contoh, ada siswa yang tidak suka mata
pelajaran tertentu karena ia selalu gagal mempelajari mata pelajaran itu.
Jika hal ini terjadi, siswa tersebut akan mengalami kesulitan belajar yang
sangat berat. Hal ini merupakan contoh dari faktor emosi yang
menyebabkan kesulitan belajar. Contoh lain adalah siswa yang rendah diri,
siswa yang ditinggalkan orang yang paling disayangi dan menjadikannya
sedih berkepanjangan akan mempengaruhi proses belajar dan dapat
menjadi faktor penyebab kesulitan belajarnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa anak yang dapat mempelajari suatu mata pelajaran dengan baik
akan menyenangi mata pelajaran tersebut. Begitu juga sebaliknya, anak
yang tidak menyenangi suatu mata pelajaran biasanya tidak atau kurang
berhasil mempelajari mata pelajaran tersebut. Karenanya, tugas utama
yang sangat menentukan bagi seorang guru adalah bagaimana membantu
siswanya sehingga mereka dapat mempelajari setiap materi dengan baik.
Yang perlu mendapatkan perhatian juga, hukuman yang diberikan seorang
guru dapat menyebabkan siswanya lebih giat belajar, namun dapat juga
menyebabkan mereka tidak menyukai guru mata pelajaran tersebut. Dapat
juga terjadi, si siswa lalu membenci sama sekali mata pelajaran yang diasuh
guru tersebut. Kalau hal seperti ini yang terjadi, tentunya akan sangat
merugikan si siswa tersebut. Peran guru memang sangat menentukan.
Seorang siswa yang pada hari kemarinnya hanya mampu mengerjakan 3
dari 10 soal dengan benar, lalu dua hari kemudian ia hanya mampu
mengerjakan 4 dari 10 soal dengan benar, gurunya harus menghargai
kemajuan tersebut. Guru hendaknya jangan hanya melihat hasilnya saja,
namun hendaknya menghargai usaha kerasnya. Dengan cara seperti ini,
diharapkan si siswa akan lebih berusaha lagi. Intinya, tindakan seorang guru dapat mempengaruhi perasaan dan emosi siswanya. Tindakan
tersebut dapat menjadikan seorang siswa menjadi lebih baik, namun dapat
juga menjadikan seorang siswa menjadi tidak mau lagi untuk belajar suatu
mata pelajaran.

4. FAKTOR INTELEKTUAL
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait
dengan kurang sempurna atau kurang normalnya tingkat kecerdasan siswa.
Para guru harus meyakini bahwa setiap siswa mempunyai tingkat
kecerdasan berbeda. Ada siswa yang sangat sulit menghafal sesuatu, ada
yang sangat lamban menguasai materi tertentu, ada yang tidak memiliki
pengetahuan prasyarat dan juga ada yang sangat sulit membayangkan dan
bernalar. Hal-hal yang disebutkan tadi dapat menjadi faktor penyebab
kesulitan belajar pada diri siswa tersebut. Di samping itu, hal yang perlu
mendapatkan perhatian adalah para siswa yang tidak memiliki pengetahuan
prasyarat. Ketika sedang belajar matematika atau IPA, ada siswa SLTP yang
tidak dapat menentukan hasil 1/2 + 1/3, (–5) + 9, ataupun 1 : ½. Siswa
seperti itu, tentunya akan mengalami kesulitan karena materi terebut
menjadi pengetahuan prasyarat untuk mempelajari matematika ataupun
IPA SLTP. Untuk menghindari hal tersebut, Bapak atau Ibu Guru hendaknya
mengecek dan membantu siswanya menguasai pengetahuan prasyarat
tersebut sehingga mereka dapat mempelajari materi baru dengan lebih
baik.

5. FAKTOR KEPENDIDIKAN
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait
dengan belum mantapnya lembaga pendidikan secara umum. Guru yang
selalu meremehkan siswa, guru yang tidak bisa memotivasi siswa untuk
belajar lebih giat, guru yang membiarkan siswanya melakukan hal-hal yang
salah, guru yang tidak pernah memeriksa pekerjaan siswa, sekolah yang
membiarkan para siswa bolos tanpa ada sanksi tertentu, adalah contoh dari
faktor-faktor penyebab kesulitan dan pada akhirnya akan menyebabkan
ketidak berhasilan siswa tersebut.
Berdasar penjelasan di atas, Bapak dan Ibu Guru sudah seharusnya
menyadari akan adanya beberapa siswa yang mengalami kesulitan atau kurang
berhasil dalam proses pembelajarannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
tertentu, sehingga mereka tidak dapat belajar dan kurang berusaha sesuai
dengan kekuatan mereka. Idealnya, setiap guru harus berusaha dengan sekuat
tenaga untuk membantu siswanya keluar dari setiap kesulitan yang
menghimpitnya. Namun hal yang perlu diingat, penyebab kesulitan itu dapat
berbeda-beda. Ada yang karena faktor emosi seperti ditinggal saudara kandung
tersayang ataupun karena faktor fisiologis seperti pendengaran yang kurang.
Untuk itu, para guru harus mampu mengidentifikasi kesulitan dan penyebabnya
lebih dahulu sebelum berusaha untuk mencarikan jalan pemecahannya.
Pemecahan masalah kesulitan belajar siswa sangat tergantung pada
keberhasilan menentukan penyebab kesulitan tersebut. Sebagai contoh, siswa A
yang memiliki kesulitan karena penglihatan atau pendengaran yang kurang
sempurna hanya dapat dibantu dengan alat optik atau alat elektronik tertentu
dan mereka diharuskan duduk di bangku depan. Namun para siswa yang
mengalami kesulitan belajar karena faktor lingkungan dan faktor emosi tidak
memerlukan kacamata seperti yang dibutuhkan siswa A namun mereka
membutuhkan bantuan dan motivasi lebih dari gurunya. Pengalaman sebagai
guru telah menunjukkan bahwa ada siswa yang sering membuat ulah di kelas
dengan maksud agar diperhatikan guru dan temannya. Setelah diselidiki ternyata
ia kurang mendapat perhatian orang tuanya. Untuk anak seperti ini, sudah
seharusnya para guru lebih memberikan perhatian dan kasih sayang. Sekali lagi,
kesabaran, ketekunan dan ketelatenan para guru sangat diharapkan di dalam
menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar. Guru dapat menyarankan
orang tua siswa tertentu untuk memberi tambahan pelajaran khusus di sore hari
untuk siswa yang lamban. Yang lebih penting dan sangat menentukan adalah
peran guru pemandu, kepala sekolah, pengawas maupun Kepala Kantor
Depdiknas di dalam menangani kesulitan belajar siswa yang disebabkan oleh
faktor-faktor kependidikan. Pada akhirnya penulis meyakini bahwa pengetahuan
tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar ini akan sangat bermanfaat bagi
Bapak dan Ibu Guru. Dengan membaca tulisan ini, diharapkan para guru akan
mengetahui, selanjutnya dapat menggunakan pengetahuan tersebut dalam PBM
terutama ketika ia sedang mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Pada akhirnya,
mudah-mudahan usaha setiap jajaran Depdiknas untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa akan berhasil dengan gemilang.

Daftar Pustaka :
Cooney, T.J., Davis, E.J., Henderson, K.B. (1975). Dynamics of Teaching
Secondary School Mathematics. Boston : Houghton Mifflin Company.