Kamis, 27 Oktober 2011

long & shrot time memory serta model pelayanan ATG


Short time memory anak tuna grahita
                Pada dasarnya memori jangka pendek ini untuk orang pada umumnya adalah berisi hal-hal yang kita sadari pada benak kita saat ini. Tetapi untuk anak yang mengalami ketunagrahitaan biasanya mudah lupa apa yang baru saja di kerjakannya, mudah lupa apa yang baru saja dipelajarinya. Padahal memori jangka pendek ini adalah tahap untuk menuju proses menuju ke tahap memori jangka panjang apabila diperlukan suatu saat nanti.
Long time memory
                Anak yang menderita ketunagrahitaan sangat sulit mengingat hal-hal yang sudah lama terjadi, misalnya pelajaran di sekolah kemarin, ketika ditanya kembali anak tunagrahita cenderung lupa. Oleh karena itu intervensi pertama pada anak tunagrahita agar mereka untuk melatih memori jangka panjang nya adalah dengan mengulang-ulang pelajaran pada saat pertama kali diajarkan. Yang kedua, dengan cara memberi reward dan punish kepada anak tersebut agar anak tunagrahita termotivasi untuk mengingat pelajaran tersebut.


Pelayanan pendidikan bagi anak tunagrahita/retadasi mental dapat diberikan pada:
  1. Kelas Transisi.
Kelas ini diperuntukkan bagi anak yang memerlukan layanan khusus termasuk anak tunagrahita. Kelas tansisi sedapat mungkin berada disekolah regler, sehingga pada saat tertentu anak dapat bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan modifikasi sesuai kebutuhan anak.
  1. Sekolah Khusus (Sekolah Luar Biasa bagian C dan C1/SLB-C, C1).
    Layanan pendidikan untuk anak tunagrahita model ini diberikan pada Sekolah Luar Biasa. Dalam satu kelas maksimal 10 anak dengan pembimbing/pengajar guru khusus dan teman sekelas yang dianggap sama keampuannya (tunagrahita). Kegiatan belajar mengajar sepanjang hari penuh di kelas khusus. Untuk anak tunagrahita ringan dapat bersekolah di SLB-C, sedangkan anak tunagrahita sedang dapat bersekolah di SLB-C1
  2. Pendidikan Terpadu.
    Layanan pendidikan pada model ini diselenggarakan di sekolah reguler. Anak tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler di kelas yang sama dengan bimbingan guru reguler. Untuk matapelajaran tertentu, jika anak mempunyai kesulitan, anak tunagrahita akan mendapat bimbingan/remedial dari Guru Pembimbing Khusus (GPK) dari SLB terdekat, pada ruang khusus atau ruang sumber. Biasanya anak yang belajar di sekolah terpadu adalah anak yang tergolong tunagrahita ringan, yang termasuk kedalam kategori borderline yang biasanya mempunyai kesulitan-kesulitan dalam belajar (Learning Difficulties) atau disebut dengan lamban belajar (Slow Learner).
  3. Program Sekolah di Rumah.
    Progam ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita yang tidak mampu mengkuti pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya, misalnya: sakit. Proram dilaksanakan di rumah dengan cara mendatangkan guru PLB (GPK) atau terapis. Hal ini dilaksanakan atas kerjasama antara orangtua, sekolah, dan masyarakat.
  4. Pendidikan Inklusif.
    Sejalan dengan perkembangan layaan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus, terdapat kecenderungan baru yaitu model Pendidikan Inklusi. Model ini menekankan pada keterpaduan penuh, menghilangkan labelisasi anak dengan prinsip “Education for All”. Layanan pendidikan inklusi diselenggarakan pada sekolah reguler. Anak tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler, pada kelas dan guru/pembimbing yang sama. Pada kelas inklusi, siswa dibimbing oleh 2 (dua) oarang guru, satu guru reguler dan satu lagu guru khusus. Guna guru khusus untuk memberikan bantuan kepada siswa tunagrahita jika anak tersenut mempunyai kesulitan di dalam kelas. Semua anak diberlakukan dan mempunyai hak serta kewajiban yang sama. Tapi saat ini pelayanan pendidikan inklusi masih dalam tahap rintisan.
Panti (Griya) Rehabilitasi.
Panti ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita pada tingkat berat, yang mempunyai kemampuan pada tingkat sangat rendah, dan pada umumnya memiliki kelainan ganda seperti penglihatan, pendengaran, atau motorik. Program di panti lebih terfokus pada perawatan. Pengembangan dalam pati ini terbatas dala hal:
1. Pengenalan diri
2. Sensori motor dan persepsi
3. Motorik kasar dan ambulasi (pindak dari satu tempat ke tempat lain)
4. Kemampuan berbahasa dan komunikasi
5. Bina diri dan kemampuan sosial.
Read more...
Pendekatan yang dapat diberikan kepada anak tunagrahita adalah:
  1. Occuppasional Therapy (Terapi Gerak)
Terapi ini diberikan kepada anak tunagrahita untuk melatih gerak funsional
anggota tubuh (gerak kasar dan halus).
  1. Play therapy (Terapi bermain)
    Terapi yang diberikan kepada anak tunagrahita dengan cara bermain, misalnya: memberikan pelajaran tentang hitungan, anak diajarkan dengan cara sosiodrama, bermain jual-beli.
  2. Activity Daily Living (ADL) atau Kemampuan Merawat Diri
    Untuk memandirikan anak tunagrahita, mereka harus diberikan pengetahuan dan keterampilan tentang kegiatan kehidupan sehari-hari (ADL) agar mereka dapat merawat diri sendiri tanpa bantuan orang lain dan tidak tergantung kepada orang lain.
  3. Life Skill (Keterampilan hidup)
    Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di bawah rata-rata biasanya tidak diharapkan bekerja sebagai administrator. Bagi anak tunagrahita yang memiliki IQ dibawah rata-rata, mereka juga diharapkan untuk dapat hidup mandiri. Oleh karena itu, untuk bekal hidup, mereka diberikan pendidikan keterampilan. Dengan keterampilan yang dimilikinya mereka diharapkan dapat hidup di lingkungan keluarga dan masyarakat serta dapat bersaing di dunia industri dan usaha.
  4. Vocational Therapy (Terapi Bekerja)
    Selain diberikan latihan keterampilan. Anak tunagrahita juga diberikan latihan kerja. Dengan bekal keterampilan yang telah dimilikinya, anak tunagrahita diharapkan dapat bekerja.
Karakteristik anak tunagrahita menurut Brown (1991) Wolery & Haring, 1994 pada Exceptional Children, fifth edition, p.485-486, 1996 menyatakan:
  1. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa latihan yang terus menerus.
  2. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
  3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak tunagrahita berat.
  4. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak denga tunagrahita berat mempunyai ketebatasab dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangatsederhana, sulit menjangkau sesuatu , dan mendongakkan kepala.
  5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak tunagrahita berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti: berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar.
  6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahta ringan dapat bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai tunagrahita berat tidak meakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak tunagrahita dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.
  7. Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus. Banyak anak tunagrahita berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan mereka seperti ritual, misalnya: memutar-mutar jari di depan wajahnya dan melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri, misalnya: menggigit diri sendiri, membentur-beturkan kepala, dll.
BAGAIMANAKAH USAHA PENCEGAHANNYA?
Di bawah ini adalah usaha-usaha pencegahan untuk anaktunagrahita
      1. Diagnostik prenata
      2. Imunisasi
      3. Tes Darah
      4. Pemeliharaan Kesehatan
      5. Sanitasi Lingkungan
      6. Penyuluhan Genetik
      7. Tindakan Operasi
      8. Program Keluarga Berencana
      9. Intervensi Dini.
APAKAH TUNAGRAHITA ITU?
American Asociation on Mental Deficiency/AAMD dalam B3PTKSM, (p. 20), mendefinisian Tunagrahita sebagai kelainan:
  1. yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes.
  2. yang muncul sebelum usia 16 tahun.
  3. yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif.
Sedangkan pengertian Tunagrahita menurut Japan League for Mentally Retarded (1992: p.22) dalam B3PTKSM (p. 20-22) sebagai berikut:
  1. Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes inteligensi baku.
  2. Kekurangan dalam perilaku adaptif.
  3. Terjadi pada masa perkembangan, yaitu anatara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.
BERAPA JUMLAH PENYANDANG TUNAGRAHITA DI INDONESIA?
Dilihat dari kurva normal, anak yang mengalami tunagrahita adalah mereka yang mengalami penyimpangan 2 (dua) standar deviasi, yaitu: mereka yang ber IQ 70 ke bawah menurut skala Wechsler, sedangkan mereka yang ber IQ antara 71 – 85 termasuk runagrahita borderline (Brown) et. Al., 1996).
Pendapat lain mengatakan, bahwa anak tunagrahita adalah anak yang memiliki IQ 70 ke bawah. Hallahan, 1988, mengestimasikan jumlah penyandang tunagrahita adalah 2,3 %. Namun pada tahun 1984, Annual Report to Congress menyebutkan 1,92 % anak usia sekolah menyandang tunagrahita dengan perbandingan laki-laki 60% dan perempuan 40% atau 3 Luar Biasa (p.11, 2003), dilihat dari kelopok usia sekolah, jumlah penduduk di Indonesia yang menyandang kelainan adalah 48.100.548 orang, jadi estimasi jumlah penduduk di Indonesia yang menyandang tunagrahita adalah 2 % X 48.100.548 orang = 962.011 orang.
KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA
Pengklasifikasian/penggolongan Anak Tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menurut American Association on Mental Retardation dalam Special Education in Ontario Schools (p. 100) sebagai berikut:
1. Educable
Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara
dengan anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar.
2. Trainable
Mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan
penyesuaian sosial. Sangat terbatas kemampuanya untuk mendapat pendidikan secara kademik.
3. Custodial
Dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih anak tentang dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif. Hal ini biasanya memerlukan pengawasan dan dukungan yang terus menerus.
Sedangkan penggolongan Tunagrahita untuk Keperluan Pembelajaran menurut B3PTKSM (p. 26) sebagai berikut:
  1. Taraf perbatasan (borderline) dalam pendidikan disebut sebagai lamban belajar (slow learner) dengan IQ 70 – 85.
  2. Tunagrahita mampu didik (educable mentally retarded) dengan IQ 50 – 75 atau 75.
  3. Tunagrahita mampu latih (trainable mentally retarded) dengan IQ 30 – 50 atau IQ 35 – 55.
  4. Tunagrahita butuh rawat (dependent or profoundly mentally retarded) dengan IQ dibawah 25 atau 30.
Penggolongan Tunagrahita secara Medis-Biologis menurut Roan, 1979, dalam B3PTKSM (p. 25) sebagai berikut:
1. Retardasi mental taraf perbatasan (IQ: 68 – 85).
2. Retardasi mental ringan (IQ: 52 – 67).
3. Retardasi mental sedang (IQ: 36 – 51).
4. Retardasi mental berat (IQ: 20 – 35).
5. Retardasi mental sangat berat (IQ: kurang dari 20); dan
6. Retardasi mental tak tergolongkan.
Adapun penggolongan Tunagrahita secara Sosial-Psikogis terbagi 2 (dua) kriteria yaitu: psikometrik dan perilaku adaptif.
Ada 4 (empat) taraf Tunagrahita berdasarkan kriteria psikometrik menurut skala inteligensi Wechsler (Kirk dan Gallagher, 1979, dalam B3PTKSM, p. 26), yaitu:
  1. Retardasi mental ringan (mild mental retardation) dengan IQ 55 – 69.
  2. Retardasi mental sedang (moderate mental retardation) dengan IQ 40 –54.
  3. Retardasi mental berat (severe mental tetardation) dengan IQ: 20 – 39.
  4. Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation) dengan IQ 20 kebawah.
Penggolongan anak Tunagrahita menurut kriteria perilaku adaptif tidak berdasarkan taraf inteligensi, tetapi berdasarkan kematangan sosial. Hal ini juga mempunyai 4 (empat) taraf, yaitu:
  1. Ringan
  2. Sedang
  3. Berat
  4. Sangat Berat.
Sedangkan secara klinis, Tunagrahita dapat digolongkan atas dasar tipe atau ciri-ciri jasmaniah secara berikut:
  1. Sindroma Down/mongoloid; dengan ciri-ciri wajah khas mongol, mata sipit dan miring, lidah dan bibir tebal dan suka menjulur, jari kaki melebar, kaki dan tangan pendek, kulit kering, tebal, kasar dan keriput, dan susunan geligi kurang baik.
  2. Hydrocephalus (kepala besar berisi cairan); dengan ciri kepala besar, raut muka kecil, tengkorak sering menjadi besar.
  3. Microcephalus dan Makrocephalus; dengan ciri-ciri ukuran kepala tidak proporsional (terlalu kecil atau terlalu besar).
PENYEBAB TUNAGRAHITA
Tunagrahita dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
  1. Genetik.
    a. Kerusakan/Kelainan Biokimiawi.
    b. Abnormalitas Kromosomal (chromosomal Abnormalities).
    c. Anak tunagrahita yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnya adalah Sindroma Down atau Sindroma mongol (mongolism) dengan IQ antar 20 – 60, dan rata-rata mereka memliki IQ 30 – 50.
  2. Pada masa sebelum kelahiran (pre-natal).
    a. Infeksi Rubella (Cacar)
    b. Faktor Rhesus (Rh)
  3. Pada saat kelahiran (perinatal)
    Retardasi mental/tunagraita yang disebabkan olek kejadian yang terjadi pada saat kelahiran adalah luka-luka pada saat kelahiran, sesak nafas (asphyxia), dan lahir rematur.
  4. Pada saat setelah lahir (post-natal)
    Penyakit-penyakit akibat infeksi misalnya: Meningitis (peradangan pada selaput otak) dan problema nutrisi yaitu kekurangan gizi misalnya: kekurangan protein yang diderita bayi dan awal masa kanak-kanak dapat menyebabkan tunagrahita.
  5. Faktor sosio-kultural.
    Sosio kultural atau sosial budaya lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan intelektual manusia.
  6. Gangguan Metabolisme/Nutrisi.
    a. Phenylketonuria. Gangguan pada metabolisme asam amino, yaitu
gangguan pada enzym Phenylketonuria.
b. Gargoylisme. Gangguan metabolisme saccharide dalam hati, limpa kecil,
dan otak.
c. Cretinisme. Gangguan pada hormon tiroid yang dikenal karena defisiensi
yodium.
Secara umum, Grossman(1973), dalam B3PTKSM (p. 24) menyatakan penyebab tunagrahita akibat dari:
1. infeksi dan/atau intoxikasi,
2. rudapaksa dan/atau sebab fisk lain,
3. gangguan metabolisma, pertumbuhan atau gizi (nutrisi),
4. penyakit otak yang nyata (kondisi setelah lahir/post-natal),
5. akibat penyakit atau pengaruh sebelum lahir (pre-natal) yang tidak
diketahui,
6. akibat kelainan kromosomal,
7. gangguan waktu kehamilan (gestational disorders),
8. gangguan pasca-psikiatrik/gangguan jiwa berat (post-psychiatrik disorders),
9. pengaruh-pengaruh lingkungan, dan
10. kondisi-kondisi lain yang tak tergolongkan.





Mengenal Anak Tunagrahita
PEMAHAAN YANG KELIRU TENTANG TUNAGRAHITA
No.
PANDANGAN YANG SALAH (MITOS)
KENYATAAN YANG ADA (FAKTA)
1.
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan intelektual seumur hidup.
Fungsi intelektual tidak statis. Khususnya bagi anak dengan perkembangan kemampuan yang ringan dan sedang, perintah atau tugas yang terus menerus dapat membuat perubahan yang besar untuk dikemudian hari.
2.
Anak tunagrahita hanya dapat mempelajari hal-hal tertentu saja.
Belajar dan berkembang dapat terjadi seumur hidup bagi semua orang. Jadi siapapun dapat mempelajari sesuatu, begitu juga dengan anak tunagrahita.
3.
Anak tunagrahita secara fisik kelihatan berbeda dengan anak-anak lain.
Kelompok tertentu, termasuk beberapa dari Down syndrom, memiliki kelainan fisik dibanding teman-temannya, tetapi mayoritas dari anak tunagrahita terutama yang tergolong ringan, terlihat sama seperti yang lainnya.
4.
Sebagian besar anak dengan keterbelakangan perkembangan sudah teridentifikasi pada saat bayi.
Dari kebanyakan kasus banyak anak tunagrahita terdeteksi setelah masuk sekolah.
5.
Tidak mungkin menggabungkan anak tunagrahita dalam satu lingkungan belajar dengan
anak reguler.
Siswa/siswi dengan masalah intelektual selalu belajar lebih keras dan belajar lebih baik jika mereka berintegrasi dengan siswa reguler.
6.
Dari segi tahapan, pekembangan tunagrahita sangat berbeda pada tingkat pemahamannya dibanding dengan “orang normal”.
Mereka berkembang pada jenjang yang sama, tetapi tak jarang lebih lambat.
7
Hasil tes tunagrahita biasanya mempunyai kemampuan paling tidak pada garis batas antara IQ rata-rata dan IQ dibawah rata-rata (borderline), dan tentu kemampuan adaptifnya juga dibawah normal.
Tes IQ mungkin bisa dijadikan indikator dari kemampuan mental seseorang. Kemampuan adaptif seseorang tidak selamanya tercermin pada hasil tes IQ. Latihan, pengalaman, motivasi, dan lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya pada kemampuan adaptif seseorang.
8
Seseorang anak yang telah ter-diagnosa tunagrahita tingkat tertentu, tidak akan berubah selama hidupnya
Tingkat fungsi mental mungkin saja dapat berubah terutama pada anak tunagrahita yang tergolong ringan.
Peristilahan Tunagrahita (B3PTKSM, p. 19)
  • Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardation)
    Tuna berarti merugi sedangkan Grahita berarti pikiran.
  • Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti terbelakang mental.
Tunagrahita sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:
    1. Lemah fikiran ( feeble-minded);
      2. Terbelakang mental (Mentally Retarded);
      3. Bodoh atau dungu (Idiot);
      4. Pandir (Imbecile);
      5. Tolol (moron);
      6. Oligofrenia (Oligophrenia);
      7. Mampu Didik (Educable);
      8. Mampu Latih (Trainable);
      9. Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat;
      10. Mental Subnormal;
      11. Defisit Mental;
      12. Defisit Kognitif;
      13. Cacat Mental;
      14. Defisiensi Mental;
      15. Gangguan Intelektual

Tidak ada komentar:

Posting Komentar