Senin, 09 Januari 2012

Upaya pengembangan komunikasi bagi ATR



  1. Pengaruh ketunarunguan terhadap kemampuan bahasa dan komunikasi
  2. Metode oral
  3. Membaca ujaran
  4. Metode manual
  5. Ejaan jari
  6. Komunikasi total 

Pengaruh ketunarunguan terhadap kemampuan bahasa dan komunikasi
Anak normal dlm menguasai bahasa tdk begitu nampak upayanya krn mereka mendengar shg secara otomatis mereka meniru apa yg dikatakan org lain. Sedangkan ATR krn ketunarunguannya perlu bantuan orang lain dan lingkungan yg mendukung agar ATR mampu mengembangkan bahasanya dlm berkomunikasi

Perkembangan bahasa anak mendengar
l  0 – 2 bulan, bayi berkomunikasi secara lisan terbatas melalui tangisan karena ada sesuatu yg tdk mengenakan. Mis: lapar, haus, buang air besar, dan kecil.
l  3 – 6 bulan, tahap meraban keluar suara vokal, konsonan atau gabungan. Mis: aaa …aaa. ma ma ma, da da da. Pd tahap ini bayi akan meraban apabila ortu mengajak bermain. Ortu biasanya merespon suara bayinya. Anak merasa senang lalu mengulang-ulang suara yg dibuatnya lagi.
l  9 – 14 bulan, anak mulai menghasilkan kata-kata pertama yg dpt dipahami walaupun mungkin hanya ortunya dulu, baru lingkungan keluarga. Mis: mamam, cucu. Lama-lama menjadi mama, papa, susu atau kata-kata pendek lainnya
l  18- 20 bulan, anak mulai merangkai dua atau tiga kata menjadi kalimat. Pada tahap ini anak sudah bisadi beri pertanyaan.
l  3 – 4 tahun, bahasa anak mulai menggunakan struktur bahasa secara sederhana.
l  5 tahun, mampu membuat kalimat dengan menggunakan enam kata
l  6 – 8 tahun, pengucapan bunyi bahasanya sudah jelas dan normal. 
            Demikian secara garis besar proses perkembangan bhs anak normal. Yg penting unt diperhatikan dlm perkembangan bhs adalah usia 6 bulan (meraban) krn awal seseorang unt belajar bicara dan usia 19-20 bulan krn menentukan unt dpt berkembang ke tahap selanjutnya

Perkembangan bahasa ATR
l  Pd awalnya perkembangan bahasa ATR tdk berbeda dgn anak normal, pada usia awal bayi akan menangis jika lapar, haus, buang air besar, buang air kecil, atau sakit.
l  Pada masa meraban ATR membuat bunyi konsonan maupun vokal. Bayi ingin membuat kontak dgn org lain melalui suara. Tetapi krn suara yg dibuatnya tidak dapat di dengarnya.begitu pula bayi tdk dpt merespon suara yg dkeluarkan ortu maupun saudaranya. Sehingga ATR kurang termotivasi dan kurang senang unt bermain dgn bunyi tersebut. Akhirnya perkembangan bahasanya terhenti pd masa meraban ini
l  Akibat tdk ada masukan bunyi suara atau pesan yg diterima oleh ATR maka organ bicaranya tdk terlatih unt mengungkapkan kata-kata sehingga mereka perlu latihan bicara unt melatih organ bicaranya organ bicara tdk bergerak secara otomatis tetapi mengeja

Metode oral
Merupakan salah satu cara untuk melatih ATR agar dpt berbicara lisan (verbal) di lingkungan orang mendengar. Agar ATR dpt berbicara secara lisan perlu dukungan dr orang-orang sekitarnya yaitu dgn melibatkan ATR berbicara secara lisan di setiap kesempatan sehingga secara tdk langsung anak termotivasi unt berbicara secara lisan.


Membaca ujaran
l  Yaitu suatu kegiatan yg mencakup pengamatan visual dr bentuk dan gerak bibir lawan bicara sewaktu dalam proses bicara
l  Membaca ujaran mencakup pengertian atau pemberian makna pd apa yang diucapkan lawan bicara dimana ekspresi muka dan pengetahuan bahasa turut berperan

Kelemahan membaca ujaran
l  Tidak semua bunyi bahasa dpt terlihat pada bibir, krn mungkin bunyi bhs tersebut dihasikan oleh artiulator dibagian dlm mulut. Misalnya: k, x, atau s
l  Adanya kesamaan antara berbagai bentuk bunyi bahasa. Misalnya bunyi bahasa bilabial (p-b), dental (t-d) akan terlihat mempunyai bentuk yg sama pd bibir
l  Selalu berhadapan muka dgn jarak yg dekat
l  Penerangan hrs cukup
l  Ucapan hrs jelas
l  Banyak ortu dan guru merasakan bahwa pd saat berkomunikasi dgn ATR anak hanya sedikit saja memperhatikan bibir, tetapi perhatiannya keseluruh muka. Hal ini wajar saja krn ATR menganggap kesluruhan wajah lebih berarti dr pada hanya memandang bibir saja. Dimana ekspresi lawan bicara penting unt keterampilan membaca ujaran.
l  Pada saat melatih unt membaca ujaran ortu dan guru hrs mengetahui hal-hal yg dpt menimbulkan ketegangan. Sebab pendekatan yg menyulitkan anak akan malas unt latihan membaca ujaran.
l  Ortu dan guru juga tdk boleh mengharapkan anak langsung mengerti maksud suatu perintah jika hanya ditunjukkan 1 kali saja dalam latihan membaca ujaran 
l  Kalau anak terlambat dlm belajar membaca ujaran bukan berarti anak tidak mampu membaca ujaran tetapi masalah waktu yg menentukan penguasaan membaca ujaran
l  Ortu dan guru hrs menciptakan suasana rileks saat latihan membaca ujaran
l  Kadang kala anak sulit latihan membaca ujaran secara formal tetapi jika dilakukan sambil lalu hasilnya lebih maksimal

Membaca ujaran dilihat dr segi situasi
l  Membaca ujaran secara umum, yaitu istilah yg dipakai unt memahami secara spontan bahasa alamiah anak dlm kegiatan sehari-hari tidak mengajarkan kata-kata tertentu, kalimat atau bahasa, dimana ortu mengajarkan bicara pd anak tanpa mempersoalkan apakah anaknya mengerti atau tidak ucapan ortu
l  Membaca ujaran secara khusus, yaitu menciptakan dgn sengaja perbendaharaan kata dimana dilaksanakan pd waktu dan ditempat belajar dlm situasi yg sengaja diciptakan. Membaca ujaran baik umum maupun khusus dlm prakteknya dpt terjadi secara tdk terpisah.
l  Kata  atau kalimat yg diajarkan sebaiknya berkaitan dgn situasi yg terjadi krn lebih mudah dipahami anak
l  Dlm melatih anak sebaiknya ada kerjasama antara guru dan ortu. Krn situasi di rumah dan di sekolah hrs ada keserasian
l  Pembimbing bicara harus mengetahui dan mengerti apa yang disukai anak, apa yang kurang disukai, apa yg menarik minat anak serta apa yg dapat mengurangi minat anak untuk belajar membaca ujaran.
l  Dapat saja satu kata dapat diulang beberapa kali tetapi jangan terlalu lama nanti anak bosan.
l  Jika anak kehilangan minat untuk belajar hentikan sejenak, lalu berikan latihan lagi jika sudah timbul minatnya
l  Materi yg disajikan hendaknya yg singkat, menarik perhatian anak, dan dlm bentuk permainan


Metode manual
Suatu cara mengajar atau melatih ATR berkomunikasi dgn isyarat atau ejaan jari. Bahasa isyarat mempunyai unsur gerakan tangan yg ditangkap melalui penglihatan

Komponen bahasa isyarat
  1. Ungkapan badaniah
            meliputi seluruh ekspresi badan, seperti sikap badan, ekspresi muka, dan gerti yg dilakukan secara wajar dan alamiah.
2.  Bahasa isyarat lokal
            1) bahasa isyarat alamiah, yaitu bahasa isyarat yg
                berkembang secara alamiah diantara ATR,
                         penggunaannya terbatas.
            2) bahasa isyarat konseptual, yaitu bhs isyarat yg
                resmi sebagai bhs pengantar disekolah yg
                        menggunakan metode manual
3. Bahasa isyarat formal, yaitu bahasa nasional dlm isyarat yg menggunakan kosa kata
    dan dengan struktur bahasa yg sama persis dgn bhs lisan. Bahasa isyarat formal    
    dikembangkan untuk mengatasi kelemahan bahasa isyarat lokal

Isyarat formal di Indonesia
l  Perintisan dimulai di slb Zinia Jakarta th 1978 dan SLB Karya mulia surabaya th 1980
l  Isyarat yg digunakan mengacu pada American Sign Language (ASL)
l  Th 1982 Kelompok Kerja Pendidikan Luar Biasa (KKPLB) melakukan kegiatan yg mengarah ke bentukan bahasa isyarat formal
l  Th 1990 SLB Zinia membuat kamus isyarat yg disebut Basindo
l  Th 1990 KKPLB mengeluarkan pola kamus isyarat yg disebut Isyando
l  Th 1994 Depdikbud menerbitkan Sibi

Pengertian sistem isyarat bahasa Indonesia
Menurut Kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia, bahwa sistem isyarat bahasa Indonesia yg dibakukan itu merupakan salah satu media yg membentu komunikasi sesama kaum tunarungu ataupun komunikasi kaum tunarungu di dalam masyarakat yang lebih luas.wujudnya adalah taan yang sistematik bagi seperangkat isyarat, jari, tangan, dan beberapa gerak untuk melambangkan kosa kata bahasa Indonesia

Komponen penentu makna isyarat
  1. Penampil, ialah tangan atau bagian tangan yg digunakan unt membentuk isyarat
  2. Posisi, ialah kedudukan tangan terhadap pengisyarat pada waktu isyarat dibuat.
  3. Tempat, ialah bagian badan yang menjadi tempat awal isyarat dibentuk atau arah akhir isyarat.
  4. Arah, ialah gerak penampil ketika isyarat dibuat
  5. Frequensi, ialah jumlah gerak yg dilakukan pada waktu isyarat dibentuk.

Komponen penunjang isyarat
  1. Mimik muka, melambangkan kesungguhan atau intensitas pesan yg disampaikan (sedih, gembira)
  2. Gerak tubuh, misalnya menaikkan bahu bisa diartikan tidak tahu
  3. Kecepatan gerak, berfungsi sebagai penambah tempo. Isyarat pergi yg dilakukan dgn cepat, dpt diartikan pergilah dengan segera.
  4. Kelenturan gerak, menandai intensitas makna isyarat yg disampaikan. Isyarat berat yg disampaikan dgn kaku dpt ditafsirkan sebagai berat sekali


Lingkup isyarat
  1. Isyarat pokok, ialah isyarat yg melambangkan sebuah kata atau konsep
  2. Isyarat tanbahan, yaitu awalan (ber, me, pe, di, ke, ter, dan se), akhiran (kan, i, an), dan partikel (lah, kah, pun)
  3. Isyarat bentukan, yaitu isyarat yg mendapat awalan, akhiran dan parikel (ber-lompat-an), isyarat kata ulang (ayam-ayam), isyarat kata gabung (pasar malam)

Ejaan jari
Salah satu  komponen atauunsur yg menunjang terhadap bahasa isyarat adalah ejaan jari atau disebut juga abjad jari

Jenis ejaan jari
l  Ejaan jari satu tangan (onehanded)
l  Ejaan jari dua tangan (twohanded)
l  Ejaan jari campuran yg menggunakan satu tangan dan dua tangan

Pembinaan aural
l  Pembinaan audiologi, bertujuan unt mengurangi “ketunarunguan” yg diderita anak melalui kegiatan sebagaiberikut: memilih ABM yg tepat, merawat ABM, membina dan memotivasi ATR agar memakai ABM, menjaga agar kemampuan dengar anak dpt terjaga, menyiapkan lingkungan yg akuistik
l  Pembinaan auditorik, bertujuan agar ATR belajar memanfaatkan sisa pendengarannya unt menghayati adanya bunyi. Kegiatannya meliputi: mengembangkan pengertian anak terhadap bunyi melalui pengalaman yg mempunyai arti, mengembangkan anak agar mampu mendeteksi perbedaan bunyi, mengenal bunyi tertentu, mengenal arah bunyi, menyadarkan anak akan adanya bunyi bahasa
l  Bina persepsi bunyi merupakan salah satu dr pembinaan aural, yang memberikan materi antara lain:
            1. Bunyi latar belakang, seperti :sumber bunyi di sekitar
                kita, suara manusia, suara binatang
            2. Sifat bunyi, seperti: ada dan tdk ada bunyi, panjang
                atau pendek bunyi, keras atau lembutnya bunyi, cepat
                atau lambat bunyi, dan tinggi atau rendahnya bunyi
            3. Berbagai macam sumber bunyi, seperti suara musik,
                suara manusia, suara benda lain
            4. arah bunyi, seperti dari depan, belakang, samping kiri,
                samping kanan, bawah, atau atas

Komunikasi total
adalah konsep pendidikan bagi kaum tunarungu yg menganjurkan digunakannya semua bentuk media komunikasi untuk meningkatkan keterampilan berbahasa.

Faktor yang mendorong perkembangan komtal
l  Ketidakpuasan dgn hasil pendidikan yg diperoleh melalui metode oral
l  Penggunaan komponen manual dlm komunikasi dgn ATR ternyata tdk merugikan penggunaan bhs mereka
l  Bertambahnya kesadaran orang mendengar untuk menghargai kekhasan kaum tunarungu








Orang tunarungu-tunanetra memiliki berbagai cara komunikasi. Metode yang mereka gunakan bervariasi, tergantung pada berbagai kelainan penglihatan dan gangguan pendengaran, latar belakang mereka, dan pendidikan mereka. Berikut adalah beberapa cara yang paling umum digunakan oleh orang tunarungu–tunanetra  dalam berkomunikasi. Metode-metode ini sering digunakan di Amerika Serikat.


Beberapa orang tunarungu atau tunarungu dengan low vision menggunakan American Sign Language atau bahasa isyarat yang berbasis Inggris . Dalam beberapa kasus, orang mungkin perlu berisyarat  lebih lambat dari biasanya sehingga orang dengan low visison dapat melihat tanda-tanda lebih jelas. Kadang-kadang orang dengan low vision dapat melihat tanda-tanda lebih baik jika pengisyarat memakai kemeja yang kontras dengan warna kulit-nya (misalnya, seseorang dengan kulit terang perlu mengenakan kemeja berwarna gelap).


Beberapa orang tunarungu-tunanetra dengan penglihatan yang sedikit remang-remang lebih suka melihat pengisyarat melakukan gerakan isyarat dalam rentang pandang yang lebih dekat, misalnya disekitar dada. Beberapa tanda yang terletak di tingkat pinggang mungkin perlu disesuaikan (misalnya isyarat "sabuk" diisyaratkan   di depan dada lebih baik dari pada di pinggang).


Orang tunarungu-tunanetra meletakkan tangannya atau di atas tangan pengisyarat untuk merasakan bentuk, pergerakan dan lokasi dari isyarat tersebut. Beberapa tanda dan ekspresi wajah mungkin perlu dimodifikasi (misalnya, isyarat "tidak mengerti" bukan disyaratkan dengan menggelengkan kepala tetapi langsung diisyaratkan di tangan penyandang kelainan tersebut; demikian juga dengan isyarat  "anjing" diisyaratkan  "anjing" ditangan penyandang kelainan). Orang-orang dapat menggunakan bahasa isyarat dengan satu tangan atau dua tangan

Orang yang
diajarkan dengan menggunakan ASL di kelompok tunarungu akan lebih baik jika pengisyarat menggunakan ASL. Sedangkan yg terbiasa BSL juga lebih baik jika menggunakan BSL dalam berkomunikasi dengan mereka


Beberapa orang tunarungu-low vision dapat  memegang lengan bawah atau pergelangan pengisyarat dan menggunakan mata mereka untuk mengikuti tanda-tanda isyarat tersebut


Biasanya orang tunanetra-tunarungu tidak mampu menangkap percakapan pengisyarat. Mereka juga mengalami kesulitan dalam menangkap isyarat yang dilakukan oleh seorang pengisyarat. Mereka lebih suka meletakkan tangannya di atas tangan pengisyarat atau pada telapak tangan pengisyarat. Misalnya untuk mengetahui sebuah cangkir


Ini adalah cara berkomunikasi bagi orang-orang tunarungu-tunanetra yaitu dengan membaca ujaran dan sentuhan. Mereka meletakkan ibu jari mereka di dagu orang lain, dan jari-jari mereka di pipi orang lain untuk merasakan getaran suara orang itu dan gerakan bibir mereka.


Beberapa orang tunarungu-tunanetra menggunakan Screen Braille Communicator (SBC). Ini adalah perangkat, kecil portabel yang memungkinkan mereka untuk berkomunikasi dengan orang melihat. Perangkat ini memiliki keyboard QWERTY  dengan sebuah display LCD di satu sisi, dan braille display delapan-sel di sisi lain. Orang tunarungu-tunanetra menulis teks singkat pada keyboard QWERTY. Dan orang yang diajak berkomunikasi dapat  membaca teks pada layar LCD. Orang normal yang mengajak berkomunikasi dapat menulis pada keyboard dan orang tunarungu-tunanetra akan  membaca teks dicetak dengan menempatkan jari nya pada tampilan braille.


The TTY dihubungkan dengan  layar braille, meskipun keduanya bisa terpisah. Hal ini memungkinkan orang tunarungu-tunanetra yang membaca braille untuk menggunakan telepon. Orang tuli-buta juga bisa menggunakan sistem ini sebagai perangkat komunikasi tatap muka untuk berkomunikasi dengan orang lain yang tidak tahu metode komunikasi yang disukai orang tersebut.

Juga, beberapa orang yang tidak melihat dengan baik dapat menggunakan tty dengan tampilan visual besar atau komputer dengan font yang lebih besar untuk berkomunikasi dengan orang lain.


Beberapa orang dengan gangguan pendengaran dan penglihatan menggunakan CapTel untuk membuat panggilan telepon. Menggunakan telepon khusus, USB CapTel, orang bisa dial ke layanan captioning bahwa jenis percakapan pemanggil lain ke layar komputer. Lalu, penelepon tuli-buta dapat membaca script percakapan pada layar mereka selain mendengarkan ke pemanggil di telepon mereka. Keterangan dapat disesuaikan untuk warna, ukuran atau gaya font pada layar.


Tunarungu-orang buta juga dapat menggunakan notetakers braille untuk berkomunikasi dengan orang lain yang tidak tahu braille atau sistem komunikasi mereka. Notetakers braille Banyak dapat dihubungkan dengan personal digital assistant (PDA) yang umum digunakan oleh orang lain.


Orang berkomunikasi dengan orang yang tuli-buta huruf cetak blok besar di telapak orang lain. Setiap surat ditulis di lokasi yang sama di telapak tangan orang tersebut. Ini sering merupakan cara bagi orang-orang tuli-buta untuk berkomunikasi dengan publik.

Ini hanya beberapa dari banyak cara yang orang tuli-buta dapat berkomunikasi dengan satu sama lain dan dengan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar